Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang di Asia menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/8). Kecuali rupiah, karena pasar keuangan Indonesia ditutup untuk memperingati Hari Kemerdekaan.
Melansir Refinitiv, baht Thailand menjadi mata uang terbaik di Asia, di mana berhasil melibas dolar AS sebanyak 0,17%. Kemudian di susul oleh yen Jepang yang menguat 0,16%. Wajar saja, yen Jepang merupakan salah satu mata uang safe haven, yang dibutuhkan ketika situasi ekonomi sedang tidak pasti.
Sementara itu, hanya dolar Taiwan dan ringgit Malaysia yang terkoreksi tipis terhadap dolar AS.
Penguatan mata uang di Asia ditopang oleh terkoreksinya dolar AS di pasar spot.
Pukul 09:12 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya bergerak melemah 0,09% ke posisi 106,407. Namun, terkoreksinya dolar AS terbatas karena pada hari ini, pasar masih menunggu rilis risalah dari pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada bulan lalu.
Risalah The Fed akan memberikan sinyal mengenai arah kebijakan moneter selanjutnya di September. Namun, pasar telah memprediksikan bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Menurut alat ukur FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 59,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp menjadi 2,75% - 3,0%. Sementara ekspektasi kenaikan suku bunga mencapai 75 bp sebesar 40,5%.
"Jadi, jika ada hal-hal yang mendorong kembali gagasan kenaikan suku bunga maka akan menetapkan suku bunga acuan hingga tahun depan, bisa menjadi katalis untuk pembalikan kelemahan dolar AS yang telah berkorelasi negatif dalam beberapa bulan terakhir," tutur Kepala Strategu FX Global di National Australia Ray Attrill dikutip Reuters.
Kalau pasar keuangan Indonesia buka, rupiah berpotensi menguat! Simak pembahasannya di halaman selanjutnya.
Jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS, jika pasar keuangan Indonesia dibuka hari ini.
Hal tersebut tercermin dari kinerja rupiah bergerak menguat ketimbang pada penutupan perdagangan Selasa (16/8).
Periode | Kurs Selasa (16/8) pukul 15:05 WIB | Kurs Rabu (17/8) pukul 09:30 WIB |
1 Pekan | Rp14.769,0 | Rp14.747,3 |
1 Bulan | Rp14.782,8 | Rp14.752,2 |
2 Bulan | Rp14.793,3 | Rp14.762,7 |
3 Bulan | Rp14.807,0 | Rp14.780,1 |
6 Bulan | Rp14.850,0 | Rp14.828,1 |
9 Bulan | Rp14.899,0 | Rp14.885,9 |
1 Tahun | Rp15.008,8 | Rp14.988,0 |
2 Tahun | Rp15.324,0 | Rp15.417,2 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Sejatinya, fundamental ekonomi Indonesia memang dapat diacungi jempol. Beberapa data ekonomi pada bulan ini menunjukkan ketahanan ekonomi RI terhadap resesi global karena dampak dari perang Rusia-Ukraina.
Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 29,21% yoy. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor di 29,73% yoy.
Pada Juli 2022, Indonesia menikmati surplus perdagangan US$ 4,22 miliar. Ini dapat dari ekspor yang senilai US$ 25,57 miliar dan impor US$ 21,35 miliar. Dengan begitu, surplus neraca perdagangan Indonesia bertahan selama 27 bulan beruntun.
Surplus neraca perdagangan tersebut akan membantu transaksi berjalan juga surplus, yang menjadi fundamental penting bagi rupiah. Ketika transaksi berjalan surplus, maka devisa akan mengalir ke dalam negeri, sehingga stabilitas rupiah bisa terjaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA