Suku Bunga Bakal Naik Lagi, Kurs Dolar Australia Melesat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 16/08/2022 11:40 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) masih akan belum berhenti menaikkan suku bunga setelah melakukannya dalam 4 bulan beruntun. Meski demikian, langkah tersebut tidak serta merta membuat kurs dolar Australia menguat tajam melawan rupiah.

Pada perdagangan Selasa (16/8/2022) pukul 11:06 WIB dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.359/AU$, menguat hanya 0,1% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya, mata uang Negeri Kanguru ini bahkan melemah 3 hari beruntun.

Rilis notula rapat kebijakan moneter RBA edisi Agustus pagi ini menunjukkan anggota dewan RBA melihat suku bunga masih akan terus dinaikkan karena inflasi masih jauh di atas target dan pasar tenaga kerja yang kuat dengan tingkat pengangguran 3,5% terendah dalam 48 tahun terakhir.


Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Australia diperkirakan masih akan terus menanjak dan mencapai puncaknya sebesar 7,75% pada kuartal IV-2022, dari kuartal II-2022 sebesar 6,1% yang merupakan level tertinggi dalam 21 tahun terakhir. Inflasi diperkirakan baru akan mencapai target RBA 2% - 3% pada akhir 2024.
Dalam notula juga terungkap anggota dewan melihat untuk menurunkan inflasi, suku bunga di akhir tahun bisa berada di kisaran 3%.

Sementara itu pasar melihat suku bunga RBA di akhir tahun akan berada di kisaran 3,5%.

Semakin tinggi suku bunga, maka beban warga Australia akan semakin besar. Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, saat RBA menaikkan suku bunga awal bulan ini bahkan mengatakan kenaikan tersebut membuat hidup warga Australia jadi susah.

Chalmers mengakui kenaikan suku bunga akan memberatkan bagi warga Australia yang memiliki Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Dilaporkan, warga Australia yang memiliki nilai KPR AU$ 620.000, maka cicilannya akan naik sebesar AU$ 560. Cicilan tersebut tentunya akan semakin tinggi jika suku bunga terus naik.

"Kenaikan suku bunga tidak mengejutkan siapa pun, tetapi kami tetap melihat rumah tangga harus mengambil keputusan yang sulit untuk bisa menyeimbangkan anggaran rumah tangga. Apalagi saat ini sudah ada tekanan dari tingginya harga bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya," kata Chalmers.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor