Awal Pekan, Harga Tembaga Sudah Jatuh 1,6%! Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia jatuh pada perdagangan awal pekan hari ini menyusul kondisi industri konstruksi yang tertekan di China.
Pada Senin (15/8/2022) pukul 14.50 WIB harga tembaga dunia tercatat US$7.959,5 per ton, anjlok 1,58% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.
Konstruksi China mengalami penurunan performa terbesar dalam hampir satu dekade, karena sektor properti, yang mengkonsumsi sejumlah besar logam, menghadapi tantangan likuiditas.
Pengembang properti saat ini berada dalam "mode bertahan" dengan secara tajam memangkas investasi properti pada Juli. Sementara sektor konstruksi mengalami penurunan kinerja terbesar dalam hampir satu dekade.
Investasi properti pada Juli turun 12,3% year-on-year/yoy, penurunan terbesar pada 2022. Sedangkan konstruksi baru berdasarkan luas lantai merosot 45,4%, penurunan terbesar sejak Januari-Februari 2013, mengutip perhitungan Reuters berdasarkan data dari Biro Nasional Statistik (NBS).
"Kami hanya perlu mengencangkan ikat pinggang kami, dan prioritas utama kami adalah memastikan proyek perumahan terkirim," kata seorang pejabat di pengembang yang pernah gagal membayar obligasi kepada Reuters.
"Sangat sulit untuk mengumpulkan dana begitu kredibilitas Anda rusak," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Sktor properti dan konstruksi adalah konsumen terbesar tembaga. Sehingga adanya dorongan pinjaman untuk membangkitkan properti di China membuat pasar berekspektasi akan meningkatnya permintaan tembaga dari China. Saat permintaan naik, harga pun mengikuti.
Menurut Wood Mackenzie, penggunaan terbesar tembaga terbesar adalah konstruksi dengan kontribusi sebesar 28%.
China sendiri adalahkonsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.
"Tembaga pulih dari aksi jual besar-besaran sebelumnya. Tapi saya tidak yakin berapa lama momen kenaikan akan berlangsung. Saya memperkirakan risiko penurunan lebih banyak. Fundamental terus buruk," kata seorang pedagang logam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)