Neraca Dagang RI Surplus 27 Bulan, Rupiah kok Melemah?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 August 2022 15:03
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (15/8/2022). Padahal, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melemah 0,1% dan tidak mampu mencicipi penguatan sepanjang hari. Depresiasi rupiah semakin membengkak hingga 0,53% ke Rp 14.743/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.740/US$, melemah 0,51%


Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 29,21% yoy. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor di 29,73% yoy.

Pada Juli 2022, Indonesia menikmati surplus perdagangan US$ 4,22 miliar. Ini dapat dari ekspor yang senilai US$ 25,57 miliar dan impor US$ 21,35 miliar. Dengan begitu, surplus neraca perdagangan Indonesia bertahan selama 27 bulan beruntun.

Surplus neraca perdagangan tersebut akan membantu transaksi berjalan juga surplus, yang menjadi fundamental penting bagi rupiah.

Ketika transaksi berjalan surplus, maka devisa akan mengalir ke dalam negeri, sehingga stabilitas rupiah bisa terjaga.

Namun, rupiah belum mampu menguat hari ini, ada faktor teknikal sebab pada pekan lalu mampu melesat lebih dari 1,5% dan berada di level terkuat dalam 2 bulan terakhir.

Selain itu, Setianto memberi wanti-wanti. Sebab, ada gejala harga komoditas di pasar internasional mulai turun.

Pada Juli 2022, indeks harga komoditas energi ada di 168,58. Sementara indeks harga komoditas makanan adalah 138,63, terendah sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), tambah Setianto, harga minyak dunia turun 10,3% Kemudian harga gas alam turun 4,54%.

"Memang hingga Juli harga global menurun baik pangan dan energi. Ini perlu diwaspadai, barangkali jadi perhatian kita sebagai tanda berakhirnya windfall harga komoditas," kata Setianto.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Gembira di Awal 2023, Rupiah Siap Ngegas!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular