IHSG Sepertinya Berfluktuasi, Bursa Asia DIbuka Bervariasi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 15/08/2022 08:48 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Senin (15/8/2022), di tengah rilis serangkaian data ekonomi di Jepang dan China. Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,91%, ASX 200 Australia menguat 0,21%, dan KOSPI Korea Selatan naik 0,16%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,51%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,17%, dan Straits Times Singapura turun 0,19%.

Dari Jepang, ekonominya kembali tumbuh pada kuartal kedua tahun 2022, menandakan bahwa perekonomian Negeri Sakura berhasil pulih setelah terdampak dari pandemi virus corona (Covid-19).


Data awal dari Produk domestik bruto (PDB) Jepang periode kuartal II-2022 disetahunkan tumbuh 2,2%, dari sebelumnya pada kuartal I-2022 yang hanya tumbuh 0,1%. Namun, angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang tumbuh sebesar 2,5%.

Pertumbuhan sebagian besar didorong oleh kenaikan konsumsi swasta sebesar 1,1%, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Jepang.

Sedangkan, belanja modal meningkat 1,4%, lebih tinggi dari perkiraan pasar yang memperkirakan ekspansi 0,9%.

Meski data awal PDB Jepang pada kuartal II-2022 kembali tumbuh, tetapi prospeknya masih belum pasti karena masih adanya kebangkitan infeksi Covid-19, perlambatan pertumbuhan ekonomi global, kendala rantai pasokan dan kenaikan harga bahan baku yang meningkatkan biaya hidup rumah tangga.

Jepang telah tertinggal dari negara ekonomi utama lainnya dalam sepenuhnya pulih dari pukulan pandemi karena konsumsi yang lemah, sebagian disebabkan oleh pembatasan aktivitas yang berlangsung hingga Maret lalu.

Selain Jepang, beberapa data ekonomi penting juga akan dirilis di China pada hari ini, seperti data produksi industrial, data penjualan ritel, dan data tingkat pengangguran.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,27% ke posisi 33.761,05, S&P 500 melonjak 1,73% ke 4.280,15 dan Nasdaq Composite melejit 2,09% menjadi 13.047,19.

Positifnya kinerja bursa AS sejalan dengan optimisme pasar setelah inflasi AS melandai pada Juli. Indeks harga produsen AS secara mengejutkan juga turun 0,5% (month-to-month/mom) pada Juli sejalan dengan menurunnya harga energi. Penurunan tersebut adalah yang pertama kali sejak April 2020.

Selain data inflasi, meningkatnya indeks kepercayaan konsumen AS semakin menyuntikkan sentiment positif ke bursa AS.

Data awal dari survei Michigan University menunjukkan indeks kepercayaan konsumen meningkat menjadi 55,1 pada Agustus, dari 52,5 pada Juli. Indeks ada di level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Ekspektasi inflasi satu tahun ke depan menunjukkan inflasi akan turun ke 5,0% sementara dalam lima tahun ke depan ada di kisaran 2,9-3,0%.

"Tentu saja kita tidak bisa mendebat lagi bahwa data inflasi dan indeks kepercayaan konsumen membawa harapan besar. Penguatan bursa kemungkinan berlanjut karena inflasi melemah dan The Fed akan menurunkan agresivitasnya," tutur Michael Darda, dari MKM Partners, seperti dikutip dari CNBC International.

Sementara menurut Dec Mullarkey dari SLC Management Boston, mengatakan bahwa kewaspadaan tentu saja masih ada.

Terlebih, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed masih akan menaikkan suku bunga ke depan. Namun, melandainya inflasi telah menurunkan taruhan soal besaran kenaikan suku bunga acuan pada September.

Pasar kini berekspektasi jika the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp), bukan 75 bp.

Mullarkey memperkirakan inflasi umum akan berada di kisaran 7% atau lebih rendah pada akhir tahun ini sementara inflasi inti ada di angka 4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel