Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten tercatat rajin membagikan dividen, khususnya yang memiliki bisnis matang dan kas lancar. Sedang sebagian lainnya memutuskan untuk tidak membagikan dividen karna berbagai hal, termasuk untuk memperkuat keuangan perusahaan atau digunakan untuk ekspansi bisnis maupun belanja modal.
Tahun ini terdapat sejumlah konglomerasi bisnis yang memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham, meskipun kinerja laba perusahaan tercatat menggembirakan. Ada yang secara kompak dalam satu grup bisnis menahan laba yang diperoleh, ada pula yang hanya dilakukan pada satu dan tidak pada keseluruhan emiten di grup bisnis.
Berikut adalah sejumlah konglomerasi bisnis yang memutuskan untuk tidak membagikan dividen atas kinerja laba tahun buku 2021.
Grup MNC
Konglomerasi bisnis milik Hary Tanoesoedibjo kompak mengumumkan untuk tidak membagikan dividen pada tahun ini. Delapan emiten Grup MNC yang membukukan laba bersih tahun lalu telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPST untuk tidak membagikan dividen tunai. Kedepan emiten tersebut adalah BMTR, MNCN, BHIT, KPIG, BCAP, MSIN, BABP dan IPTV.
Tahun lalu secara total Grup MNC membukukan laba lebih dari Rp 8 triliun, capaian tersebut merupakan yang terbaik, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir.
Adapun tiga emiten dengan perolehan laba terbesar adalah BMTR, MNCN dan BHIT dengan laba bersih berada di kisaran Rp 2,5 triliun. Sedangkan lima emiten lainnya mencatatkan laba Rp 301 miliar atau kurang dari angka tersebut.
Mayoritas pemegang saham Media Nusantara Citra (MNCN) yang mencetak laba bersih terbesar yakni Rp 2,58 triliun sepakat untuk tidak membagikan dividen. MNCN mengatakan akan menggunakan laba bersih untuk mendanai sejumlah rencana korporasi, termasuk kerja sama strategis dengan perusahaan media atau entertainment.
Selanjutnya, laba bersih juga akan digunakan untuk melunasi seluruh fasilitas pinjaman sindikasi dengan kisaran nilai US$ 84 juta yang sebagian sudah dibayarkan.
Induk media Grup MNC, Global Mediacom (BMTR) yang mencatatkan laba sebesar Rp 2,45 triliun tahun lalu juga memutuskan tidak membagikan dividen dan memutuskan penggunaannya sebagai laba ditahan.
Pemegang saham MNC Investama (BHIT) yang mencatatkan laba sebesar Rp 2,45 triliun untuk tahun buku 2021 juga menyetujui untuk tidak membagikan dividen tanpa menjelaskan secara rinci penggunaan laba ditahan tersebut.
Grup Emtek
Emiten milik taipan Eddy Kusnadi Sariaatmadja, Elang Mahkota Teknologi (EMTK), memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham, meskipun perusahaan mencatatkan laba bersih tahun 2021 mencapai Rp 5,65 triliun.
Alih-alih ditebar kepada investor, laba bersih perseroan pada 2021 rencananya akan digunakan sebagai belanja modal atau capital expenditure (capex) dan pengembangan bisnis perseroan.
Wakil Direktur Utama Emtek Sutanto Hartono mengungkapkan bahwa EMTK tahun ini menganggarkan belanja modal 60% lebih besar dari realisasi capex tahun lalu sebesar Rp 450 miliar. Capex ini sebagian besar akan dialokasikan ke bisnis media dan layanan kesehatan perseroan.
Sutanto menyebut bahwa bisnis media perseroan akan menyerap belanja modal paling besar tahun ini, akibat kewajiban migrasi dari siaran televisi analog ke digital.
Meski demikian emiten pengelola stasiun TV SCTV dan Indosiar, Surya Media Citra (SCMA), malah memutuskan untuk membagikan dividen tahun buku 2021. Akan tetapi besaran yang ditebar kepada pemegang saham relatif kecil atau kurang dari 15% laba bersih perusahaan. Tahun lalu SCMA membukukan laba bersih Rp 1,34 triliun, sedangkan dividen yang dibagikan adalah senilai Rp 185 miliar.
Grup Rajawali
Emiten tambang emas milik Peter Sondakh yang baru melantai di bursa tahun lalu, Archi Indonesia (ARCI), memutuskan untuk menahan laba bersih perusahaan tang tahun lalu tercatat sebesar US$ 75,1 juta atau setara dengan Rp 1,13 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$).
Keputusan untuk absen membagikan dividen salah satunya disebabkan oleh kinerja laba tahun lalu yang anjlok 39% dari semula mencapai US$ 123,3 juta (Rp 1,85 triliun) karena meningkatnya biaya penambangan karena nisbah pengupasan yang semakin besar.
Dalam konferensi pers, Direktur Utama ARCI Rudy Suhendra juga menyebutkan alasan dividen tidak dibagikan adalah karena perusahaan memiliki rencana untuk mengembangkan tambang bawah tanah.
Emiten lain grup Rajawali yakni Golden Eagle Energy (SMMT) yang membukukan laba bersih Rp 233,43 miliar tahun lalu juga memutuskan untuk tidak membagikan dividen karena ingin memperbaiki likuiditas dan modal kerja.
Tambang Emas Grup Saratoga
Grup Saratoga sejatinya rajin membagikan dividen kepada pemegang saham. Tahun ini nyaris semua emiten milik Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menebar sebagian laba bersih kepada para pemegang saham, kecuali bisnis tambang emas.
Merdeka Copper Gold (MDKA) tahun 2021 lalu mencatatkan laba bersih senilai US$ 36,13 juta (Rp 542 miliar).
Manajemen perusahaan mengatakan alasan MDKA tidak membagikan dividen adalah karena perusahaan akan fokus mengoptimalkan pendanaan untuk mendukung pengembangan bisnis dan sejumlah proyek ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA