Ini Sentimen Pasar Pekan Depan, Mampu Bawa IHSG ke 7.200?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 August 2022 18:30
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia kembali bergairah setelah kembali ke level 7.000, bahkan mendekati 7.200. Lantas bagaimana dengan kondisi pasar pekan depan?

Tim Riset CNBC telah merangkum sentimen-sentimen yang bisa dicermati investor pekan depan.

Neraca Dagang

Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengecil pada Juli 2022 karena mulai melandainya harga minyak sawit mentah (CPO).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli sebesar US$3,81 miliar. Turun signifikan ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai US$5,09 miliar.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 29,21% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 31,02%.

Sebagai catatan, pada Juni lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai US$26,09 miliar atau melesat 40,68% (yoy) dan naik 21,30% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor mencapai US$21 miliar, naik 21,98% (yoy) dan menguat 12,87% dibandingkan bulan sebelumnya.

Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Juli tercatat US$132,2 miliar, turun dibandingkan Juni 2022 yang tercatat sebesar US$136,4 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2022 pada Senin (15/7/2022). Menyusutnya surplus neraca perdagangan yang melebar pada Juli sudah tercermin dalam cadangan devisa.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 masih akan dimotori komoditas. Dia menjelaskan nilai ekspor kemungkinan akan turun pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya karena melandainya harga minyak kelapa sawit mentah (CPO).

Indeks aktivitas manufaktur atau PMI Manufacturing sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia melandai pada Juli. Kondisi tersebut bisa berdampak kepada permintaan impor asal Indonesia.

Biro Statistik Nasional China (NBS) mengumumkan PMI Manufacturing China melandai ke 49 pada Juli 2022, turun dibandingkan 50,2 pada Juni.Level tersebut menunjukkan sektor industri China tengah dalam fase kontraksi. Sementara itu, PMI Manufacturing Jepang melandai ke 52,1 pada Juli, dibandingkan 52,7 pada Juni.PMI Manufacturing Amerika Serikat (AS) melandai ke 52,2 pada Juli dari 52,7 pada Juni.

Pada Selasa (16/8/2022), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusaywarakatan Rakyat (MPR, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan menggelar event tahunan Sidang Bersama.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pada pagi hari dan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2023 dan Nota Keuangan.

Melalui Pidato Kenegaraan, Presiden Jokowi akan menyampaikan fokus pemerintahan ke depan mulai dari politik, hukum, keamanan, hingga ekonomi.

Pada siang hari, Presiden Jokowi akan menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2023. Pidato ini menjadi perhatian besar baik dari pelaku pasar ataupun pengusaha karena akan menjadi arah bagi pembangunan Indonesia ke depan. Presiden akan membeberkan target  makro ekonomi mulai dari pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, lifting minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia/ICP.

Presiden juga akan membeberkan target penerimaan negara baik dari perpajakan atau non-perpajakan, fokus belanja pemerintah ke depan, hingga bagaimana pemerintah memenuhi kebutuhan pembiayaan pada 2023.

Tahun depan juga pemerintah sudah harus mengembalikan defisit APBN di bawah 3% setelah diizinkan menetapkan defisit anggaran di atas 3% pada 2020-2022.

RAPBN 2023 menjadi penting karena 2023 merupakan tahun terakhir di mana Jokowi menjabat secara penuh sebelum mengakhiri jabatan apda 2024. Publik akan mencari tahu seperti apa fokus kebijakan pembangunan tahun depan, terutama terkait subsidi BBM, pembangunan infrastruktur, pembiayaan utang, gaji PNS. serta kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia pada Kuartal II/2022 surplus. Ini ditopang oleh lonjakan harga komoditas internasional yang muncul macam durian runtuh.

"Lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).

Perry menjelaskan, ke depan, kinerja NPI pada 2022 diperkirakan akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,3% sampai dengan defisit 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Terutama ditopang oleh harga komoditas global yang tetap tinggi. Kinerja NPI tersebut juga didukung neraca transaksi modal dan finansial terutama dalam bentuk PMA sejalan dengan iklim investasi dalam negeri yang terjaga," jelas Perry.

Neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap terjaga didukung oleh aliran modal masuk dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).

Selain sentimen dalam negeri, investor juga perlu mencermati berbagai sentimen dari luar negeri.

Pertama, rilis notulensi pertemuan bank sentral Amerika Serikat, The Fedral Reserves/The Fed, pada 18 Agustus mendatang.

Para pelaku pasar akan mencermati langkah selanjutnya The Fed dalam kebijakan moneternya saat inflasi sudah mereda.

Seperti yang diketahui, US Bureau of Labour Statistics melaporkan inflasi Negeri Adidaya pada Juli 2022 berada di 8,5% year-on-year (yoy). Inflasi energi pun melambat, meski masih di level tinggi. Harga bensin masih naik 44% yoy, melambat dibandingkan Juni 2022 yang melonjak 59,9% yoy. Sementara harga gas alam naik 30,5% yoy, versus 38,4% yoy pada Juni 2022.

Perlambatan laju inflasi membuat pasar berharap bank sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, bakal mengurangi "gasnya" dalam menaikkan suku bunga sebagai upaya memerangi inflasi.

Kini pelaku pasar lebih banyak yang memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) ke 2,75-3% dalam rapat bulan depan. Mengutip CME FedWatch, kemungkinannya 55%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak! Pekan Depan, Banyak Sentimen dari Domestik sampai AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular