5 Merek Motor Listrik Besutan Emiten BEI, Volta Hingga ALVA

Tim Riset, CNBC Indonesia
12 August 2022 14:35
Electrum Motor (Electrum)
Foto: Electrum Motor (Electrum)

Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek bisnis pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang kian menjanjikan membuat sejumlah emiten berbondong-bondong terjun atau melakukan ekspansi ke sektor tersebut.

Teranyar, emiten pertambangan batu bara dan energi terdiversifikasi Grup Indika, PT Indika Energy Tbk (INDY), mengumumkan ikut mencari peruntungan di dunia EV.

Berikut adalah daftar emiten yang ikut terjun dalam bisnis kendaraan listrik beserta mereknya, yang diramal menjadi bagian integral dari bisnis sektor transportasi masa depan.

1. ALVA dari Indika Energy (INDY)

Setelah sempat ramai diberitakan, akhirnya Presiden Direktur Indika Energy Arsjad Rasjid telah memamerkan motor listrik di arena Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS). Motor tersebut dibuat oleh PT Ilectra Motor Group (IMG) yang bergerak dalam industri kendaraan listrik (EV) roda dua dengan brand ALVA. 

Sebelumnya, INDY bersama dengan anak usaha, PT Indika Energy Infrastructure, telah mendirikan perusahaan dengan nama PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI).

Penyertaan saham perusahaan dalam SMI merupakan langkah perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kendaraan listrik di Indonesia.

INDY memiliki 99,998% saham senilai Rp 49,99 miliar sedangkan 0,002% sisanya senilai Rp 1.000.000 dimiliki oleh Indika Energy Infrastructure (IEI).

"Tujuan pendirian SMI adalah demi kelangsungan kegiatan usaha industri sepeda motor roda dua, perdagangan besar sepeda motor dan suku cadang sepeda motor dan aksesori, serta melakukan jasa konsultasi manajemen," ungkap Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan dalam keterbukaan informasi, Rabu (30/3/2022).

Tahun lalu, INDY juga mendirikan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI). Nilai investasi untuk pendirian perusahaan ini mencapai Rp 40 miliar.

Manuver INDY masuk bisnis kendaraan listrik sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang perusahaan. Sejak 2018, INDY melakukan diversifikasi ke sektor non-batu bara, rendah karbon dan berkelanjutan.

"Kami berkomitmen untuk meningkatkan pendapatan dari sektor non-batu bara hingga 50% pada tahun 2025 dan mencapai netral karbon pada tahun 2050," jelas Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando beberapa waktu lalu.

2. Electrum dari TBS Energi Utama (TOBA) dan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO)

Selanjutnya ada emiten batu bara PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Pada November tahun lalu perseroan membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan raksasa ride-hailing Gojek terkait pengembangan bisnis sepeda motor listrik Electrum di Indonesia.

TOBA melalui anak usahanya, PT Karya Baru TBS telah menandatangani akta pendirian PT Energi Kreasi Bersama, suatu perusahaan patungan dalam bentuk perseroan terbatas yang didirikan PT Rekan Anak Bangsa.

Adapun, modal dasar yang ditempatkan dan modal disetor pada PT Energi Kreasi Bersama senilai Rp 71,75 miliar.

Dibentuknya joint venture itu antara lain, perusahaan ini nantinya akan bergerak dalam bidang perakitan sepeda motor, perdagangan sepeda motor, reparasi dan perawatan sepeda motor, pembiayaan, perakitan baterai untuk kendaraan bermotor hingga penyedia stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum.

"Keikutsertaan emiten dalam pendirian PT Energi Kreasi Bersama merupakan salah satu strategi pengembangan bisnis emiten untuk menghilangkan jejak karbon serta mencapai target net zero emission di tahun 2030," ungkap Presiden Direktur TBS Energi Utama, Dicky Yordan, dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin (13/12/2021).

3. Volta dari NFC Indonesia (NFCX) dan M Cash Integrasi (MCAS)

PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), melalui anak usahanya PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), dari Grup Kresna, menggandeng perusahaan layanan kurir PT SiCepat Ekspres Indonesia (SiCepat) memasuki bisnis kendaraan listrik (EV) dengan membentuk perusahaan patungan (joint venture) bernama PT Energi Selalu Baru (ESB).

Menurut keterbukaan informasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (9/6/2021), nantinya, ESB akan berfokus pada distribusi sepeda motor listrik, penukaran baterai dan berbagai layanan pendukungnya. Adapun merek motor listriknya adalah Volta. 

Anak usaha NFCX, PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX), dan emiten penyedia solusi sumber daya manusia (SDM) dan logistik PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) akan memiliki saham minoritas di ESB.

DMMX dan TFAS akan berfokus menyediakan dukungan komersial, infrastruktur dan ekosistem untuk ESB. 

4. Selis dari Gaya Abadi Sempurna (SLIS)

Apabila emiten lainnya baru berusaha masuk ke sektor EV, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) memang berfokus ke perakitan kendaraan listrik, baik itu sepeda listrik maupun motor listrik. Selain itu, SLIS juga memiliki lini usaha perdagangan komponen elektronik, seperti lampu dan kipas angin.

Untuk sepeda listrik, SLIS memiliki sejumlah produk, seperti E-moped yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari mulai dari membeli barang kebutuhan pokok di pasar.

Selain E-moped, SLIS juga mengeluarkan produk e-bike, yang ditujukan untuk para penggemar sepeda gunung.

Di samping sepeda listrik, SLIS juga punya 'jagoan' sepeda motor setrum, E-Motor yang memiliki tampilan seperti motor matic.

SLIS juga punya jenis kendaraan listrik lain dengan nama SPV sampai scooter. Adapun merek besutan SLIS adalah Selis. 

5. Gesits dari Wijaya Karya (WIKA)

Tidak hanya emiten swasta, emiten pelat merah alias BUMN Karya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), melalui anak usahanya, juga masuk ke bisnis EV dengan menguasai mayoritas kepemilikan produsen sepeda motor listrik buatan lokal, Gesits.

Anak usaha Wika, PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (WIKON), mengambil alih sebanyak 10,66% saham produsen motor listrik Gesits, PT Gesits Technologies Indo (GTI) dari PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA).

Nilai yang diambil alih tersebut setara 6.800 saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 36,50 miliar.

"Melalui transaksi tersebut, kini WIKON menjadi pemegang 100% saham pada WIMA," kata Sekretaris WIKA, Mahendra Wijaya, dalam keterangannya, Kamis (30/9/2021).

Prospek bisnis motor listrik di RI sebenarnya tergolong cerah di tengah tumbuhnya ekonomi hijau atawa green economy, kendati masih dibutuhkan sejumlah pengembangan dan pertimbangan di beberapa aspek.

Diwartakan CNBC Indonesia sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargetkan, produksi kendaraan elektrifikasi, termasuk listrik murni dan hybrid, untuk jenis roda empat dan roda dua, bisa lebih dari 2 juta unit pada 2025. Terdiri dari 400 ribu unit roda empat dan 1,76 juta unit roda dua.

Sementara, 8 tahun ke depan, atau pada 2030, produksi ditargetkan meningkat menjadi 600 ribu roda empat dan 2,45 juta unit roda dua.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular