
Kemarin Happy, Bursa Asia Hari Ini Malah Loyo.. Gegara Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Jumat (12/8/2022), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga 'galau' pada perdagangan Kamis kemarin.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melonjak 1,51%, setelah sehari sebelumnya tidak dibuka karena adanya libur nasional memperingati Hari Gunung. Sedangkan Hang Seng Hong Kong menguat 0,27%.
Namun untuk indeks Shanghai Composite China dibuka melemah 0,22%, ASX 200 Australia terkoreksi 0,69%, Straits Times Singapura merosot 0,83%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,26%.
Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cenderung melemah terjadi di tengah bervariasinya bursa saham AS, Wall Street pada Kamis kemarin, meskipun investor disuguhkan dengan rilis data inflasi yang melandai.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,08% ke posisi 33.336,67. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup di zona merah, di mana S&P 500 turun tipis 0,07% ke 4.207,27 dan Nasdaq melemah 0,58% menjadi 12.779,91.
Investor disuguhkan dengan kabar baik lagi dari rilis data inflasi dari sisi produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) di Juli 2022, yang menunjukkan penurunan secara bulanan sebanyak 0,5% dan melampaui ekspektasi analis Dow Jones di 0,2%. IHP tersebut tidak termasuk harga makanan dan energi.
Sebelumnya, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu juga telah dirilis. Hasilnya, melandai ke 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 9,1% dan berada di bawah prediksi analis Dow Jones di 8,7%.
Bursa saham Wall Street sempat reli pada Rabu lalu, tapi kemudian relinya terhenti pada Kamis kemarin. Sepertinya, investor belum ingin mempertahankannya dalam waktu yang lebih lama dan mereka lebih memilih untuk melepas dengan cepat. Dalam artian, investor cenderung berinvestasi dalam jangka pendek.
Hal ini karena mereka masih khawatir bahwa meski data inflasi sudah mulai melandai, tetapi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpotensi masih akan menaikkan suku bunga acuannya secara agresif, agar mampu mendorong inflasi untuk melandai jauh ke target 2%.
"Sementara investor lega bahwa inflasi menurun, tapi tidak mengubah fakta bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga... Saya tidak yakin pada saat ini bahwa orang ingin memberikan tanda yang jelas, menurut saya sentimen jauh lebih baik daripada 60 hari yang lalu," kata Kepala Perencana MissionSquare Retirement, Wayne Wicker, dikutip CNBC International.
Kekhawatiran bahwa pengetatan The Fed akan memicu perlambatan ekonomi dapat ditandai dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) jangka panjang yang masih lebih rendah dari Treasury bertenor lebih pendek.
Pada Kamis kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun mencapai 2,902%, tertinggi sejak sejak 22 Juli 2022. Sementara yield Treasury tenor 2 tahun naik ke 3,229%.
Hari ini, masih ada data ekonomi di Negeri Paman Sam yang perlu dicermati oleh investor, di antaranya rilis indeks sentimen konsumen AS per Agustus oleh University of Michigan (UoM).
Indeks sentimen konsumen merupakan salah satu indikator kunci yang menggambarkan rata-rata tingkat kepercayaan konsumen AS terhadap situasi ekonomi secara jangka pendek dan jangka panjang.
Indeks naik ketika konsumen mendapatkan kembali kepercayaan pada ekonomi yang dapat meningkatkan permintaan terhadap barang. Berlaku juga sebaliknya.
Secara historis, peningkatan pada sentimen konsumen juga dapat membantu laju dolar AS. Selain itu, perusahaan penyedia barang-barang konsumen kerap diuntungkan karena ketika konsumen merasa lebih 'pede' terhadap ekonomi, maka mereka akan membeli barang seperti rumah, mobil dan barang lainnya.
Sehingga, investor perlu mengamati perkembangan saham dari sektor rumah, sektor konstruksi, hingga sektor ritel.
Pada Juli 2022, indeks sentimen konsumen AS berada di 51,5 yang naik dari bulan sebelumnya di 50. Kenaikan tersebut didorong oleh membaiknya sentimen global dan ikut memberikan bantuan pada permintaan untuk barang tahan lama.
Konsensus analis Trading Economics memprediksikan indeks sentimen konsumen AS di Agustus akan berada di 52,5.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
