Top Gainers-Losers

Cek! Saham Tercuan dan Terboncos Kemarin, Ada Punya Kamu?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 August 2022 06:50
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah pada perdagangan Kamis (11/8/2022) kemarin, mengekor bursa saham global yang juga kompak menguat.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melesat 1,05% ke posisi 7.160,39. IHSG konsisten bergerak di zona hijau sejak awal perdagangan dan sempat mencapai posisi tertinggi di 7.181,1.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 30 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 323 saham naik, 193 saham turun, dan 177 saham lainnya stagnan.

Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 657,62 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 587,01 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 70,61 miliar di pasar tunai dan negosiasi.

Saat IHSG cerah bergairah, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten properti pengembang gedung Intiland Tower yakni PT Intiland Development Tbk (DILD) memimpin top gainers pada perdagangan Kamis kemarin. Saham DILD ditutup meroket 30,87% ke posisi harga Rp 195/saham.

Nilai transaksi saham DILD pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 23,37 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 133,48 juta lembar saham. Sayangnya, investor asing melepas saham DILD sebesar Rp 208,01 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 1 Agustus hingga kemarin, saham DILD tercatat mengalami penguatan sebanyak 3 kali, terkoreksi sekali, dan sisanya yakni 5 kali stagnan.

Dalam sepekan terakhir, saham DILD melonjak 31,76%. sedangkan sebulan terakhir, DILD terpantau melompat 32,65%.

Informasi terakhir yakni terkait perseroan yang membentuk perusahaan usaha patungan atau Joint Venture dengan Mitbana Urban Development Fund III Pte Ltd (MUDF III).

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin lalu, perusahaan patungan tersebut dilakukan melalui entitas anak Intiland yaitu, PT Sinar Puspa Persada (SPP) dengan entitas anak Mitbana Urban Development Fund I Pte Ltd (Mitbana Fund).

Mitbana Fund sendiri merupakan entitas investasi yang didirikan oleh Mitsubishi Corporation (MC) and Surbana Jurong Capital (Holdings) Pte Ltd (SJ Capital).

"SPP bersama MUDF III telah membentuk suatu perusahaan usaha patungan (Joint Venture) yang bernama PT Inti Mitbana Development (IMD)," tulis manajemen Intiland, dikutip Senin lalu.

Adapun struktur kepemilikannya, MUDF III sebanyak 70% saham, sementara SPP sebanyak 30% saham. Melalui kerja sama ini IMD akan mengalokasikan dana investasi senilai Rp 1,1 triliun untuk pengembangan baru kawasan di Talaga Bestari, Tangerang.

"Dengan dibentuknya usaha patungan ini maka akan memberikan dampak positif bagi pengembangan perseroan," ungkap manajemen.

Selain saham DILD, terdapat pula saham emiten alat kesehatan yang baru melantai di bursa pada Rabu lalu yakni PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS), di mana harga sahamnya melonjak 10,71% ke posisi Rp 186/saham.

Nilai transaksi saham MEDS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 62,88 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 317,72 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham MEDS sebesar Rp 26,1 juta di pasar reguler.

Kemarin merupakan perdagangan hari kedua bagi emiten produsen alat kesehatan EVO Plusmed ini, di mana saham MEDS resmi melantai di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan tercatat ke-42 pada tahun ini.

MEDS bergerak pada sektor Healthcare dengan sub sektor Healthcare Equipment & Providers. Adapun Industri MEDS adalah Healthcare Equipment & Suppliesdengan sub industri Healthcare Supplies & Distributions.

Tercatatnya Perseroan di bursa merupakan langkah awal dari pengembangan bisnis untuk dapat memajukan industri alat kesehatan di Indonesia.

Harga penawaran MEDS adalah senilai Rp 125 per lembar saham dengan jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 1.562.500.000 lembar saham, sehingga kapitalisasi pasarnya adalah senilai Rp 195.312.500.000.

Dalam Penawaran Umum Perdana ini, Perseroan menawarkan 312,5 juta saham baru atau setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum. Dengan demikian, total dana yang dihimpun adalah sebesar Rp 39,06 miliar.

MEDS berkomitmen untuk menjaga kepercayaan yang diberikan pada investor dengan menjalankan standar good corporate governance (GCG) yang baik dengan tetap meningkatkan kinerja operasional dan keuangan Perseroan untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham atau investor Perseroan.

Dana IPO akan digunakan untuk melakukan renovasi gudang milik Perseroan menjadi pabrik yang dapat beroperasi, pembelian mesin masker Duckbill, dan masker medis KN95, masker medis KF94 dan masker medis N95 serta bahan baku produksi.

Setelah IPO, Perseroan mampu memproduksi varian masker yang lebih luas. Emiten yang berasal dari Kota Cimahi, Jawa Barat ini yakin tren penggunaan masker akan tetap berlanjut meskipun pandemi sudah relatif terkendali.

Saat IHSG cerah bergairah, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten furniture online yakni PT Oscar Mitra Sukses Sejahtera Tbk (OLIV) memimpin top losers pada perdagangan kemarin.

Saham OLIV ditutup ambles 8,86% ke posisi harga Rp 72/saham. Dengan ini, maka saham OLIV pun menyentuh batas auto rejection bawahnya (ARB) kemarin.

Nilai transaksi saham OLIV pada perdagangan kemarin mencapai Rp 2,87 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 39,47 juta lembar saham.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 1 Agustus hingga kemarin, saham OLIV tercatat hanya 1 kali menguat, 6 kali terkoreksi, dan 2 kali stagnan.

Dalam sepekan terakhir, saham OLIV ambles 20,88%. sedangkan sebulan terakhir, OLIV terpantau ambrol 28,71%.

Belum diketahui terkait penurunan saham OLIV. Emiten yang bergerak di bidang perdagangan furnitur ini sejatinya belum lama melakukan aksi korporasi berupa penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

OLIV resmi melantai di bursa saham domestik pada 17 Mei 2022 dengan melepas 400 juta saham di harga Rp 100/unit. Namun sayang, dalam kurun waktu dua bulan, harga saham OLIV malah 'nyender' dan tak jauh bergerak di kisaran harga IPO.

Oscar Living menawarkan 400 juta lembar saham atau sekitar 21,10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga Rp 100 per lembar sahamnya. Dengan itu, dana yang terhimpun dari masyarakat melalui Penawaran Umum ini adalah senilai Rp 40 miliar.

Selain itu, terdapat pula saham emiten kelapa sawit yang dimiliki oleh pengusaha Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam yakni PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), yang harga sahamnya ambrol 6,93% ke posisi Rp 470/saham.

Nilai transaksi saham JARR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 53,11 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 109,35 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham JARR sebesar Rp 103,32 juta lembar saham.

Setelah terkena auto rejection atas (ARA) berjilid-jilid, saham PT Johnlin Agro Raya Tbk (JARR) akhirnya ambles dan terkena auto rejection bawah (ARB).

Saham JARR baru saja menggelar aksi korporasi berupa Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) dan resmi listing pada pekan lalu tepatnya 4 Agustus 2022.

Saat IPO, saham JARR dihargai Rp 300/unit. Sebanyak 1,2 miliar saham baru dilepas sehingga total pendanaan yang diperoleh mencapai Rp 366,8 miliar.

Namun dalam 5 hari perdagangan pertama di pasar sekunder, harga saham JARR terpantau 3 kali ARA dan 3 kali ARB.

Setelah mengalami 3 kali ARB, nilai kapitalisasi pasar JARR tetap naik 57%. Saat IPO, valuasi JARR berada di Rp 2,4 triliun. Sampai dengan kemarin nilai kapitalisasi pasar JARR tercatat sebesar Rp 3,76 triliun.

Artinya masih ada kenaikan sebesar Rp 1,36 triliun dari valuasi awal saat listing di bursa nasional. Sebelum IPO, pemegang saham JARR adalah PT Eshan Agro Sentosa 99,91% dan PT Sinar Bintang Mulia 0,09%.

Setelah IPO, persentase kepemilikan PT Eshan Agro Sentosa dan PT Sinar Bintang Mulia mengalami dilusi sehingga masing-masing menjadi 84,64% dan 0,08%, dengan jumlah saham masing-masing 6,77 miliar dan 6 juta lembar.

Asal tahu saja, PT Eshan Agro Sentosa sendiri adalah subholding dari PT Jhonlin Group yang berkantor pusat di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel). Jhonlin Group merupakan milik pengusaha Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular