Kenaikan Fed Rate Kemungkinan Berakhir, Harga Tembaga Datar
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau bergerak stabil pada perdagangan hari ini setelah Amerika Serikat mengumumkan lau inflasi. Pada Kamis (11/8/2022) pukul 12.16 WIB harga tembaga dunia tercatat US$8.080 per ton, turun tipis 0,07% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Inflasi Amerika Serikat (AS) mulai mendingin. Setelah pada Juni melaju di tingkat 9,1% year-on-year (yoy) sekaligus menjadi tertingi sejak 40 tahun, pada Juli inflasi AS turun menjadi 8,5% yoy. Angka tersebut pun di bawah ekspektasi 8,7% yoy.
Turunnya inflasi membuat pasar berekspektasi bahwa bank sentral AS, The Federal Reserves/The Fed, kemungkinan akan meredam kenaikan suku bunga yang agresif.
Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 56,5% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 2,75% - 3,0%. Sementara ekspektasi kenaikan suku bunga mencapai 75 bp sebesar 43,5%.
Namun, pernyataan pejabat The Fed memupus harapan tersebut sehingga tekanan kenaikan suku bunga membayangi tembaga.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari dan Presiden Fed Chicago Charles Evans menegaskan bank sentral tetap agresif untuk kenaikan suku bunga.
Kashkari mengatakan bank sentral AS perlu menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 3,9% pada akhir tahun dan menjadi 4,4% pada akhir 2023 untuk menjinakkan inflasi. Sebagai catatan, saat ini suku bunga acuan The Fed berada di 2,25% - 2,5%.
Meskipun inflasi mendingin tapi tekanan harga tetap ada sehingga Kashkari mengatakan perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dibanding saat ini.
Pasar juga dianggapnya "tidak realistis" dalam memperkirakan penurunan suku bunga awal tahun depan. The Fed tidak akan melakukannya "sampai kita yakin bahwa inflasi sedang dalam perjalanan ke target 2%," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras)