Ekonomi Kontraksi tapi Loker Melimpah Ruah, AS Resesi Palsu?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
09 August 2022 17:55
Mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Janet Yellen (REUTERS/Gary Cameron)
Foto: Mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Janet Yellen (REUTERS/Gary Cameron)

Meski secara umum kontraksi ekonomi dua kuartal beruntun dianggap sebagai resesi, tidak ada definisi gamblang akan fenomena ekonomi tersebut, setidaknya di AS. Alih-alih hanya menggunakan parameter kontraksi ekonomi, tugas mengidentifikasi resesi diserahkan kepada panel yang diisi oleh sejumlah ekonom di Biro Riset Ekonomi Nasional (National Bureau of Economic Research/NBER), sebuah kelompok akademis nirlaba.

Resesi adalah "penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan yang berlangsung lebih dari beberapa bulan," kata NBER di situs webnya.

Tanggal resesi ditentukan oleh Business Cycle Dating Committee NBER, yang terdiri dari delapan ekonom di universitas di seluruh AS. Mereka biasanya membuat penentuan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah resesi berakhir.

Pekerjaan tersebut mirip dengan dokter otopsi, karena panel tidak membuat penilaian secara real time, melainkan menyaring data untuk menentukan kapan ekspansi dan resesi dimulai dan berakhir.

NBER telah mengidentifikasi 12 resesi sejak tahun 1948, atau kira-kira satu resesi setiap enam tahun. Jumlahnya semakin jarang dalam beberapa dekade terakhir, dengan hanya ada tiga resesi sejak pergantian abad.

Komite memeriksa berbagai data ekonomi termasuk produk domestik bruto, lapangan pekerjaan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran konsumen dan produksi industri. Panel mempertimbangkan angka-angka itu secara bersamaan, dengan tidak ada yang lebih dispesialkan dari yang lain, kata Bob Hall dari Universitas Stanford, ketua Business Cycle Dating Committee, dilansir Wall Street Journal.

Bob Hall juga mengatakan komite umumnya mengetahui resesi terjadi paling umum dari penurunan tajam dalam output ekonomi dan lapangan pekerjaan. Dua hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi ekonomi AS saat ini.

Bagian yang sulit adalah menentukan kapan dimulai dan berakhir-tugas yang dilakukan komite dengan sangat hati-hati.

Vonis resesi oleh NBERFoto: WSJ
Vonis resesi oleh NBER

Indikator resesi juga tidak selalu sama dalam tiap kejadian. Pada tahun 2001, output ekonomi tidak banyak menurun, dan PDB tidak berkontraksi selama dua kuartal berturut-turut, tetapi NBER tetap menyebutnya sebagai resesi. Pada tahun 1960, pendapatan rumah tangga yang disesuaikan dengan inflasi malah meningkat, dan NBER juga mengategorikannya sebagai resesi.

Kontraksi ekonomi selama resesiFoto: WSJ
Kontraksi ekonomi selama resesi

Tetapi terdapat satu kesamaan umum yakni dari bursa lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran tercatat meningkat setiap kali terjadi resesi, sedikitnya bertambah 1,9 poin persentase pada tahun 1960 dan paling banyak pada tahun 1961 bertambah 11,2 poin persentase pada tahun 2020.

Peningkatan rata-rata dalam tingkat pengangguran di antara semua 12 resesi pasca-Perang Dunia II adalah 3,5 poin persentase. Tingkat pengangguran mencapai puncak 14,7% pada tahun 2020, 10,8% pada tahun 1982, dan 10% pada tahun 2009 dan hanya 5,7% pada tahun 2001.

Kenaikan tingkat pengangguran selama resesiFoto: WSJ
Kenaikan tingkat pengangguran selama resesi

Berbeda dengan resesi yang terjadi sebelumnya, angka pengangguran AS saat ini malah turun bukannya naik, dengan jumlah lapangan kerja terus bertambah.

Meski demikian, Robert Gordon, profesor ekonomi Universitas Northwestern dan anggota komite di NBER mengungkapkan resesi dapat saja terjadi meski angka pengangguran turun. Dirinya mengatakan ini mungkin situasi di mana indikator lain menunjukkan resesi tetapi pasar tenaga kerja tidak, atau lagging selama beberapa bulan.

Sementara Bob Hall dari Universitas Stanford selaku ketua komite mengatakan dia tidak bisa berspekulasi tentang apakah AS saat ini dalam resesi hingga panel ekonom meneliti data dan membuat keputusan resmi. "Kami tidak terlibat dalam hipotetis untuk hal-hal yang belum terjadi," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular