Rupiah Perkasa! Makin Jauh dari Rp 15.000/US$ Nih...
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Apresiasi rupiah patut diacungi jempol, karena sejatinya pasar sedang penuh kegamangan.
Pada Selasa (9/8/2022), US$ 1 dihargai Rp 14.850 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Sementara mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Namun penguatan 0,17% sudah cukup membawa rupiah menjadi yang terbaik kedua, hanya kalah dari baht Thailand.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 15:13 WIB:
Sepertinya investor memang sedang gamang. Penyebabnya adalah penantian rilis data ekonomi di Negeri Paman Sam yang akan menentukan arah kebijakan moneter.
Besok malam waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics akan mengumumkan data inflasi. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS pada Juli 2022 sebesar 8,7% year-on-year (yoy). Memang masih tinggi, tetapi melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 9,1% yoy.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS pada Juli 2022 diperkirakan ada di 0,2%. Jauh melandai ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 1,3%.
Data ini sangat mungkin membuat The Fed mempertimbangkan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Inflasi sudah melambat, pasar tenaga kerja pun masih kuat. Tentu sebuah alasan yang kuat untuk mengetatkan kebijakan moneter.
"Inflasi yang melambat akan memberi konfirmasi bahwa kebijakan moneter ketat sudah membuahkan hasil. Data inflasi juga akan memberi konfirmasi bahwa dibutuhkan pengetatan moneter lebih lanjut," kata Rober Schein, Chief Investment Officer di Blanke Schein Welth Management, seperti diwartakan Reuters.
Sembari menunggu data inflasi, rasanya investor akan memilih untuk bermain aman. Lebih baik tidak 'bermain' di aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang. Pilihan investor untuk menahan diri tersebut membuat arus modal ke pasar keuangan Asia menjadi seret.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)