
Waspada IHSG! Bursa Asia Dibuka Lesu, Cuma KOSPI yang Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka terkoreksi pada perdagangan Selasa (9/8/2022), karena pasar terus mencerna laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang luar biasa pada pekan lalu.
Hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang dibuka di zona hijau pada hari ini, yakni menguat 0,23%.
Sedangkan sisanya dibuka di zona merah. Indeks Nikkei Jepang dibuka turun tipis 0,04%, Hang Seng Hong Kong turun 0,16%, Shanghai Composite China melemah 0,18%, dan ASX 200 Australia juga turun tipis 0,08%.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Kemerdekaan.
Dari kabar korporasi di kawasan Asia-Pasifik, saham Softbank Group pada pagi hari ini sudah ambles lebih dari 4%, setelah segmen Vision Fund melaporkan kerugian sebesar 2,93 triliun yen Jepang pada kuartal II-2022.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung mendatar terjadi di tengah beragamnya bursa saham AS, Wall Street pada Senin kemarin, karena kekhawatiran akan permintaan untuk industri semikonduktor yang membebani perusahaan teknologi.
Hanya indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang ditutup menguat tipis 0,09% ke posisi 32.832,539 pada perdagangan kemarin. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup di zona merah. S&P 500 melemah 0,12% ke 4.140,06 dan Nasdaq turun 0,1% menjadi 12.644,46.
Saham Nvidia ambrol lebih dari 6%, setelah melaporkan pendapatan yang lebih rendah dari ekspektasi pasar, memberikan tekanan pada saham-saham semikonduktor. Tak hanya Nvidia saja, saham AMD dan Broadcom yang merupakan perusahaan sejenis juga tertekan.
Namun, beberapa saham terkait energi bersih di AS menguat setelah senator AS mengesahkan Rancangan Undang-undang (RUU) Pengurangan Inflasi senilai US$ 430 miliar dan diprediksikan akan diberikan pada rumah tangga AS pada pekan ini.
Wall Street yang ditutup bervariasi terjadi setelah indeks S&P 500 dan Nasdaq mengalami kenaikan secara mingguan karena rilis data tenaga kerja AS yang solid sehingga meredakan kekhawatiran akan resesi.
Pada Jumat pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat ada sebanyak 528.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farming payroll/NFP) tercipta di AS pada bulan lalu. Angka ini lebih tinggi dari periode sebelumnya yakni Juni lalu yang sebesar 398.000.
Hal tersebut juga melampaui ekspektasi analis dalam polling Dow Jones yang memprediksikan hanya 258.000 pekerjaan.
Sementara angka pengangguran turun tipis ke 3,5% dari 3,6%. Pertumbuhan upah juga meningkat 0,5% secara bulanan dan 5,2% secara tahunan. Hal tersebut memberikan sinyal bahwa inflasi yang tinggi masih akan tetap menjadi masalah.
Data tenaga kerja yang solid juga mengisyaratkan bahwa ekonomi dapat menahan lebih banyak kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Investor global masih menunggu rilis data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) yang akan dirilis pada Rabu pagi waktu AS yang akan memberikan investor lebih banyak klarifikasi tentang langkah The Fed selanjutnya pada September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarin Ambruk Berjamaah, Hari Ini Bursa Asia Dibuka Beragam
