Inflasi Tinggi dan Ancaman Resesi, Simpan Duit di Mana Nih?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
08 August 2022 11:50
Pemilik toko perhiasan menata perhiasan emas di Kawasan Cikini Gold Center, Jakarta, Senin, (25/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Infografis/ Resesi/ Edward Ricardo

Saham

Dalam kondisi inflasi tinggi atau bahkan sampai resesi, pasar saham secara keseluruhan biasanya akan memberikan pengembalian negatif. Akan tetapi hal tersebut tidak pukul rata, artinya sejumlah sektor dapat mengalami penguatan dan sektor lainnya terkoreksi dalam.

Sejumlah pandangan umum menyarankan agar investor mengoleksi value stock yang memiliki fundamental bagus, daripada growth stock yang menawarkan pertumbuhan bisnis tinggi, seperti sektor teknologi.

Selain itu sejumlah sektor juga menawarkan peluang investasi kala suku bunga tinggi, termasuk sektor energi hingga finansial.

Kinerja sektoral saham AS ketika inflasi tinggiFoto: WSJ
Kinerja sektoral saham AS ketika inflasi tinggi

Emas Bagaimana?

Inflasi yang tinggi dan ambruknya pasar saham AS beberapa waktu lalu ternyata tidak banyak berpengaruh pada harga emas di paruh pertama tahun ini.

Tetapi memang benar bahwa emas, secara historis, berkinerja baik ketika inflasi tinggi, mempertahankan nilainya bahkan di negara-negara di mana inflasi melonjak hingga dua digit, menurut sebuah studi untuk Credit Suisse oleh akademisi Elroy Dimson, Paul Marsh dan Mike Staunton.

Permasalahan utama dengan emas adalah dalam situasi normal cenderung memiliki kinerja kurang baik dibandingkan saham dan tidak memberikan pendapatan. Karena nilai emas ditopang oleh anggapan bahwa orang lain menganggapnya berharga, emas juga rentan terhadap apa pun yang mengancam status tersebut.

Setelah emas naik mendekati rekor pada bulan Maret, harganya merosot selama tiga bulan dan mengalami penurunan kuartalan terbesar dalam lebih dari setahun.

Tekanan pada emas tampaknya akan bertahan di paruh kedua tahun ini. The Federal Reserve telah mempercepat kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi.

Hal tersebut telah mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar AS ke level tertinggi multi-tahun, menyeret harga emas turun lebih dari 10% dari posisi tertinggi 2022.

Gejolak pasar, inflasi dan perang umumnya diperkirakan akan meningkatkan harga emas, yang dihargai karena stabilitasnya. Tetapi investor melihat kombinasi hasil yang lebih tinggi dan dolar yang meningkat sebagai sentimen yang dapat merusak performa logam mulia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(fsd/vap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular