Roundup Sepekan

Seperti Pakai 'Obat Kuat'. IHSG Sepekan Terakhir Bergairah!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 August 2022 13:45
Latihan Militer China ke Taiwan
Foto: Korps penerbangan angkatan udara dan angkatan laut Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menerbangkan pesawat di lokasi yang tidak diketahui di China, Kamis (4/8/2022). China melakukan

Sementara itu dari global, sentimen pasar sejatinya cenderung beragam, ada yang negatif, ada yang positif. Dari yang positif, yakni data aktivitas jasa Amerika Serikat (AS) pada Juli 2022.

Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas jasa yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juli 2022 berada di 56,7. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 55,3 sekaligus mengakhiri penurunan yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di atas 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Kabar dari ISM ini amat melegakan, karena jasa menyumbang dua pertiga dari total aktivitas ekonomi di Negeri Paman Sam. Jadi, ada harapan AS bisa segera mentas dari resesi.

Sementara itu dari data ketenagakerjaan AS, Negeri Paman Sam pada Juli telah menciptakan 528.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farming payroll/NFP). Angka ini lebih tinggi dari periode sebelumnya yakni Juni lalu yang sebesar 398.000.

NFP bulan lalu juga jauh lebih tinggi dari perkirakan pelaku pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan NFP berada di angka 250.000.

Pengusaha juga terus menaikkan upah dengan kecepatan stabil pada bulan lalu. Penghasilan per jam rata-rata meningkat 0,5% pada Juli lalu, setelah naik 0,4% pada Juni lalu. Itu meningkatkan peningkatan secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 5,2%, dari sebelumnya sebesar 5,1% pada Juni 2022.

Namun, positifnya jasa AS dan ketenagakerjaan AS membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) makin mempunyai banyak alasan untuk terus menaikan suku bunga acuannya.

Sementara itu dari sentimen yang mengarah ke negatif, ketegangan antara AS-China yang kembali memanas sempat membuat pelaku pasar sedikit 'jiper', karena ketegangan keduanya dapat memicu peperangan.

Konflik Rusia-Ukraina belum usai, kemudian ditambah panasnya AS-China, wajar pelaku pasar sempat khawatir.

Seperti diketahui, hubungan China dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas dalam beberapa hari terakhir setelah Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.

Beijing menganggap kehadirannya sebagai provokasi besar, meluncurkan peringatan, dan ancaman yang makin keras.

Sampai saat ini, China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah berjanji suatu hari akan mengambil pulau itu, dengan paksa jika perlu.

Militer China telah melakukan latihan perang besar-besaran China di Selat Taiwan. Simulasi perang tersebut dilakukan China karena marah setelah kedatangan Pelosi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/cha)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular