
Bursa Asia Cenderung Menghijau, Semoga IHSG Mengekor

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (5/8/2022), di tengah masih memanasnya konflik yang terjadi di Taiwan akibat kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi ke Taiwan pada Selasa hingga Rabu lalu.
Indeks Nikkei Jepang dibuka turun tipis 0,02%. Tetapi selang 90 menit setelah dibuka, Nikkei berbalik menguat 0,44%. Sedangkan ASX 200 Australia juga dibuka turun tipis 0,04%.
Sementara sisanya dibuka menghijau pada hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,35%, Shanghai Composite China bertambah 0,21%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,22%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,33%.
Pelaku pasar akan memantau pernyataan dari bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) terkait kebijakan moneter berikutnya dan data laporan pekerjaan di Amerika Serikat (AS).
Namun, pelaku pasar sepertinya kembali memantau perkembangan konflik di Taiwan, di mana latihan militer China semakin intensif dilakukan di sekitar Taiwan.
Diketahui, China meluncurkan total 11 rudal balistik ke sekitar Taiwan. Ini dilakukan kala negeri itu melakukan latihan militer besar-besaran Kamis kemarin.
Mengutip AFP, latihan militer tersebut adalah buntut akan kemarahan pemerintah Xi Jinping terhadap kedatangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke pulau itu. Menurut Beijing, itu sama saja mendukung kemerdekaan Taipe. Padahal, Pelosi telah meninggalkan Taiwan Rabu lalu.
Taiwan sendiri mengutuk tindakan itu sebagai "irasional yang merusak perdamaian regional". Empat bahkan diyakini terbang di atas pulau utama Taiwan.
Tak hanya di sekitar Taiwan saja, rudal balistik yang ditembakkan oleh militer China diyakini telah mendarat di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang untuk pertama kalinya. Ini ditegaskan Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi pada Kamis kemarin waktu setempat.
"Lima dari sembilan rudal balistik yang diluncurkan oleh China diyakini telah mendarat di ZEE Jepang," kata Kishi kepada wartawan saat China mengadakan latihan militer besar-besaran di perairan sekitar Taiwan, dikutip AFP.
Ia mengatakan Jepang telah mengajukan protes dengan China melalui saluran diplomatik. Ia menyebutnya masalah serius yang mempengaruhi keamanan nasional Negeri Sakura dan keselamatan warganya.
Meski pelaku pasar kembali memantau perkembangan di Taiwan, tetapi mereka sepertinya tidak terlalu serius meresponsnya, terlihat dari kembali menguatnya sebagian besar indeks saham di Asia-Pasifik.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung masih menguat terjadi di tengah kurang bergairahnya bursa saham AS, Wall Street pada Kamis kemarin waktu AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,26% ke posisi 32.726,82 dan S&P 500 turun tipis 0,08% ke 4.151,94. Tetapi, indeks Nasdaq Composite masih menguat 0,41% menjadi 12.720,58.
Investor sepertinya sedang memasang mode wait and see. Pelaku pasar tengah harap-harap cemas menantikan rilis data ketenagakerjaan AS malam nanti waktu Indonesia.
Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, perekonomian Negeri Paman Sam pada Juli diperkirakan menciptakan 230.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farming payroll). Jauh lebih sedikit ketimbang bulan sebelumnya yakni 372.000. Jika terwujud, maka akan jadi yang terendah sejak Desember 2020.
Kondisi ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang memburuk ini bisa membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan cenderung lebih dovish. Ke depan, bisa saja Ketua The Fed, Jerome Powell dan sejawat akan mengurangi agresivitas kenaikan suku bunga acuan.
Inflasi AS memang tinggi, bahkan menyentuh rekor yang tertinggi dalam lebih dari empat dekade. Namun tidak hanya menjaga inflasi, The Fed juga diberi mandat lain yaitu mengawal penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya (maximum employment).
Kenaikan suku bunga acuan mungkin bisa meredam inflasi. Saat suku bunga tinggi, maka ekspansi rumah tangga dan dunia usaha akan tertahan. Ini membuat permintaan berkurang sehingga tekanan inflasi mereda.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga bisa menjadi tidak kondusif bagi penciptaan lapangan kerja. Saat dunia usaha sulit melakukan ekspansi karena terbentur bunga mahal, maka penciptaan lapangan kerja tentu lebih terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
