Mayoritas Mata Uang Asia Menguat Vs Dolar AS, Rupiah Gimana?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Kamis, 04/08/2022 11:36 WIB
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat terapresiasi meski tipis di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) tapi kemudian kembali terkoreksi hingga di pertengahan perdagangan Kamis (4/8/2022). Padahal, mayoritas mata uang di Asia bergerak menguat hari ini terhadap greenback.

Mengacu pada data Refinitv, rupiah menguat tipis pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,07% di Rp 14.900/US$. Sayangnya, rupiah kembali berbalik arah menjadi terkoreksi 0,14% menjadi Rp 14.930/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Kini, indeks dolar AS membalikkan tren pelemahan selama dua pekan sebelumnya. Di sepanjang pekan ini, indeks dolar AS menguat 0,5% terhadap enam mata uang dunia. Namun, pada pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau melemah tipis 0,08% ke posisi 106,416.


Meski begitu, pergerakan indeks dolar AS masih ditopang oleh komentar dari beberapa pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan adanya kenaikan pada suku bunga acuan pada pertemuan selanjutnya.

"Dolar melemah pekan lalu setelah pasar percaya bahwa Fed akan bertindak secara dovish karena pertumbuhan ekonomi yang melambat," tutur Sim Moh Siong, Ahli Strategi Mata Uang Bank of Singapore dikutip Reuters.

Dia juga menambahkan bahwa pekan ini banyak komentar pejabat The Fed yang menentang gagasan dovish dan semuanya senada bahwa The Fed belum selesai dan akan ada kenaikan suku bunga yang lebih banyak ke depan.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly menilai bahwa kenaikan 50 basis poin (bps) akan masuk akal pada September. Namun, jika pasar tenaga kerja tidak menunjukkan perlambatan maka The Fed akan berada di posisi berbeda, yakni dengan kenaikan 75 bps.

Senada, Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan bahwa The Fed akan teguh dalam menaikkan suku bunga untuk membawa inflasi kembali turun ke target 2%. Bullard mengatakan keinginannya untuk The Fed membawa tingkat suku bunga ke kisaran 3,75-4% tahun ini untuk meredam inflasi.

Sementara itu di dalam negeri, pada Jumat (5/8) akan dirilis PDB Indonesia kuartal II-2022. Mengacu pada konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi bahwa pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,17% (year-on-year) pada kuartal kedua tahun ini. Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,49% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Tidak jauh berbeda, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini akan bertahan di atas 5%. Sedangkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksikan pertumbuhan ekonomi berada di 5,05%.

Analis Bank Mandiri Faisal Rachman menilai bahwa kuatnya konsumsi rumah tangga, pelonggaran mobilitas, ekspor yang meningkat dan situasi Covid-19 yang terkendali menjadi penggerak ekonomi Indonesia pada periode April - Juni 2022.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan bahwa perayaan Hari Raya Idulfitri juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Apalagi tahun ini, pemerintah memperbolehkan kegiatan mudik.

Besarnya masyarakat yang mudik berimbas pada perputaran uang selama Lebaran. Bank Indonesia memperkirakan perputaran uang selama mudik mencapai Rp 180,2 triliun, meningkat 16,6% dibanding periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 154,5 triliun.

Di Asia, mayoritas mata uang menguat di hadapan greenback. Ringgit Malaysia menjadi mata uang berkinerja terbaik hari ini karena menguat 0,07% terhadap dolar AS.

Sementara, hanya empat mata uang yang terpantau terkoreksi terhadap dolar AS.

Rupee India terkoreksi cukup tajam 0,44% dan dolar Taiwan melemah 0,22% terhadap dolar AS. Kemudian, disusul oleh Mata Uang Garuda yang terkoreksi 0,14% di hadapan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS