Neraca Perdagangan Rekor Surplus, Dolar Australia Nanjak!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 August 2022 11:55
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (4/8/2022) setelah rilis data neraca perdagangan yang kembali mencatat rekor surplus.

Pada pukul 10:16 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.378/AU$, menguat 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Australia pagi ini melaporkan surplus neraca perdagangan meroket hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa AU$ 17,7 miliar (US$ 12,3 miliar), jauh di atas estimasi ekonom US$ 14 miliar. Ekspor dilaporkan melesat 5% dan impor tumbuh 1%.

Tingginya harga biji-bijian hingga logam membuat nilai ekspor Australia meroket, dan diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022.

"Kami estimasikan net ekspor akan memberikan dorongan ke pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 sekitar 1%, yang mendukung pandangan kami ekonomi Australia lebih baik dari prediksi," kata Marcel Thieliant, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir Bloomberg.

Perekonomian yang kuat, serta inflasi yang tinggi membuat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali menaikkan suku bunga di bulan ini.

Selasa lalu RBA menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,85%. RBA kini sudah menaikkan suku bunga dalam 4 bulan beruntun dan berada di level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Kenaikan tersebut sesuai ekspektasi, tetapi sebelumnya sempat beredar spekulasi akan ada kenaikan 75 basis poin akibat tingginya inflasi.

Meski sudah 4 kali menaikkan suku bunga, nyatanya dolar Australia tidak serta merta menguat tajam melawan rupiah. Selasa lalu bahkan malah merosot 1,4%.

Dalam pernyataannya usai menaikkan suku bunga, Gubernur RBA Philip Lowe melihat inflasi akan mencapai puncaknya di akhir tahun ini, kemudian akan menurun menuju target 2% - 3%.

Pernyataan tersebut menjadi indikasi RBA tidak akan lebih agresif lagi, bahkan ada kemungkinan akan mengendur dalam menaikkan suku bunga ke depannya. Hal ini membuat dolar Australia melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular