Erick: BUMN Tidak Anti Asing, Asing Harus Ikut Ekosistem RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, dalam melakukan transformasi di perusahaan pelat merah bukan berarti BUMN anti asing.
Menurutnya, BUMN harus memperluas sinergi selain dengan antar BUMN, UMKM, Swasta, namun termasuk juga dengan perusahaan asing.
"Saya ingatkan pada Direksi bahwa kita harus kerja sama dengan UMKM dan swasta bahkan asing yang percaya pada kita," kata Erick di Tenis Indoor Senayan, Rabu (3/8/2022).
Erick menekankan, perusahaan asing yang bekerja sama dengan perusahaan BUMN harus mengikuti ekosistem Indonesia. Artinya, harus memberikan keuntungan bagi Indonesia, termasuk penciptaan lapangan pekerjaan.
"Harus memiliki ekosistem Indonesia, bukan ekosistem China atau ekosistem Amerika. Tapi ekosistem Indonesia," tegasnya.
Erick menjabarkan, kerja sama dengan berbagai pihak dibutuhkan untuk kesehatan kinerja perusahaan agar dapat menjaga keseimbangan dan mengintervensi kesenjangan berdasarkan ekonomi kerakyatan. Perusahaan BUMN harus membangun ekosistem bisnis model yang hebat.
"Supaya kita punya ekosistem Indonesia, bukan ekosistem negara lain, negara kita (tidak) hanya jadi market yang menciptakan pertumbuhan ekonomi di negara lain. Game semua asing. Bahan baku obat impor, sampai kapan? SDA kita juga hanya dipakai untuk pertumbuhan ekonomi negara lain," jelasnya.
Erick melanjutkan, dalam menjalankan proses bisnis, perusahaan BUMN harus memiliki keuangan yang transparan. Jangan sampai ada kebijakan yang dipertanyakan di kemudian hari.
Dalam hal ini, Erick menyinggung permasalahan yang dialami oleh Garuda Indonesia di mana sempat terjadi keputusan proses bisnisnya untuk membeli pesawat dan menyewa pesawat dengan harga termahal di dunia. Sehingga, proses bisnis harus dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh lainnya, Erick melanjutkan, di bidang kesehatan, perusahaan BUMN dapat bekerja sama dengan negara lain untuk meningkatkan kualitas sektor kesehatan. Sebab, selama ini masyarakat cenderung lebih percaya pada kualitas Rumah Sakit (RS) di luar negeri dibandingkan dalam negeri.
"2 juta masyarakat Indonesia mencari layanan kesehatan di luar negeri. Rp 99 triliun uang lari ke sana. Kita harus introspeksi, kita kerja sama dengan universitas, Rumah Sakit terbaik di dunia. Ini lah ekosistem, kita harus intervensi," ungkapnya.
"Kita nggak anti asing, tapi asing ikut ekosistem kita bukan kita ikut ekosistem mereka," pungkasnya.
(vap/vap)