
The Fed Diramal Bakal Agresif, Bikin Rupiah Tertekan Vs Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tapi kemudian berbalik arah dan terkoreksi hingga di pertengahan perdagangan Rabu (3/8/2022). Apa pemicunya?
Mengacu pada data Refinitv, rupiah stagnan pada pembukaan perdagangan di Rp 14.890/US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi 0,19% menjadi Rp 14.918/US$ pada pukul 11:00 WIB. Kini, rupiah kembali diperdagangkan di level Rp 14.900/US$.
Indeks dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama bergerak menguat 1% pada Selasa (2/8) ke 106,5. Namun, pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS kembali terkoreksi tipis 0,07% ke posisi 106,16.
Pada Selasa (2/8), Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) San Francisco Mary Daly dan Presiden Fed Chicago Charles Evans mengisyaratkan bahwa The Fed akan tetap teguh untuk menaikkan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi.
Kedua pejabat The Fed tersebut dikenal "dovish", tapi dari pernyataannya mereka kini bersikap hawkish. Daly mengatakan bahwa dia berekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga dan kemudian akan menahannya untuk sementara.
Bahkan, komentar hawkish dari kedua pejabat tersebut diprediksikan akan kembali membuat dolar AS menguat di pasar spot.
"Komentar Daly dan Evans membantu imbal hasil (yield) obligasi dan dolar lebih tinggi. Indeks dolar AS bisa mencapai level 108 dalam beberapa minggu ke depan," tutur Ahli Strategi Commomwealth Bank Kristina Clifton.
Dalam kesempatan berbeda, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester juga memberikan pernyataan yang senada.
Dia menilai bahwa inflasi belum mencapai puncaknya dan dia perlu melihat beberapa bulan ke depan beberapa bukti bahwa inflasi telah berada di jalur penurunan hingga ke target Fed di 2% sebelum akhirnya The Fed akan menurunkan keagresifannya.
Mengacu pada alat ukur FedWatch, sebanyak 40% analis melihat peluang The Fed akan menaikkan 75 basis poin (bps) pada pertemuan September dan membawa suku bunga The Fed ke kisaran 3-3,25%. Sementara 60% analis memprediksikan kenaikan 50 bps dengan suku bunga The Fed di 2,75-3%.
Dari dalam negeri, pada Jumat (5/8) akan dirilis data PDB Indonesia kuartal II-2022. Jika mengacu pada jajak pendapat analis Reuters bahwa PDB Indonesia kuartal II-2022 diprediksikan akan tumbuh ke 5,17% dari 5,01% pada kuartal pertama tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh ekspor yang kuat dan konsumsi swasta.
Analis memprediksikan bahwa Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 18 bulan pada kuartal III-2022.
"Kami percaya bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan utamanya pada kuartal ini karena inflasi inti terus meningkat sejak Oktober 2021. Kenaikan suku bunga akan membantu memperlambat tekanan inflasi yang akan datang dan membantu menstabilkan rupiah tanpa merusak pemulihan pertumbuhan," kata Irman Faiz, analis Bank Danamon.
Di Asia, mayoritas mata uang tertekan di hadapan greenback. Namun Yen Jepang menjadi mata uang di Asia berkinerja terbaik, di mana menguat 0,41% terhadap dolar AS, disusul oleh dolar Singapura dan baht Thailand yang terapresiasi masing-masing sebesar 0,08% terhadap dolar AS.
Sementara, rupee India terkoreksi paling tajam sebesar 0,2% terhadap dolar AS. Disusul oleh Mata Uang Garuda yang terkoreksi 0,19%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini