Tak Mau Lama-lama Jatuh, Harga Batu Bara Mulai Bangkit
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali menggeliat. Pada perdagangan Selasa (2/8/2022), harga batu kontrak September di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 395,75 per ton. Harga batu bara menguat 0,6% dibandingkan hari sebelumnya.
Penguatan kemarin memutus tren negatif batu bara yang sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Secara keseluruhan, harga batu bara masih menyusut 10,1% dalam sepekan secara point to point.
Dalam sebulan, harga batu bara masih melonjak 5,5% sementara dalam setahun masih melesat 168,3%.
Kembali menggeliatnya harga batu bara ditopang oleh kembali melonjaknya harga gas. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kini berada di kisaran EUR 205,117 per megawatt-jam. Harga gas alam sudah naik 26% dalam sebulan.
Kenaikan harga gas ikut mendongkrak batu bara karena pasir hitam adalah sebagai sumber energi alternatif untuk gas.
Seorang pembeli dari Jerman kepada Montel News mengatakan ada kekhawatiran mengenai ketatnya pasokan dalam beberapa bulan ke depan karena persoalan gas. Hal itu ditambah dengan kebijakan Uni Eropa yang akan melarang impor batu bara dari Rusia yang akan berlaku pekan depan.
"Sejumlah anggota Uni Eropa memang mampu meningkatkan pasokan di fasilitas gas mereka dalam beberapa hari terakhir tetapi ancaman akan kekurangan pasokan gas masih ada," tuturnya.
Kendati demikian, pembeli enggan untuk mengajukan penawaran dalam jumlah besar karena harga batu bara yang sudah melonjak dan terkena inflasi tinggi. Kondisi ini membuat harga batu bara naik tetapi tidak terlalu melonjak karena pembelir menahan diri.
"Jelas terlihat jika buyer memilih diam dan tidak mengatakan kebutuhannya. Jadi harga batu bara tidak langsung meloncat," ujarnya.
Eropa telah meningkatkan pengiriman batu bara dari Rusia menjelang larangan impor. Kawasan tersebut juga tengah meningkatkan impor dari sejumlah negara seperti Australia an Afrika Selatan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan pada musim dingin. Impor batu bara Eropa melalui laut mencapai 8,1 juta ton pada Juli, melonjak 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pengiriman yang tinggi tersebut membuat inventori batu bara di terminal pelabuhan meningkat ke level tertinggi sejak November 2019.
"Menariknya, impor batu bara dari Rusia relatif melandai dalam beberapa hari terakhir, tutur seorang trader batu bara, kepada Montel News.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)