
Efek Sentimen Inflasi, IHSG Hijau Tapi Sulit Tembus 7.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin (1/8/2022) awal pekan ini sekaligus awal perdagangan di Agustus 2022, meski inflasi pada Juli lalu dilaporkan sudah cukup tinggi.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,25% ke posisi 6.968,78. IHSG konsisiten bergerak di zona hijau pada hari ini.
Pada awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG dibuka menguat 0,43% di posisi 6.980,961. Tetapi sekitar pukul 10:00 WIB, penguatan IHSG cenderung terpangkas.
Hingga hari ini, IHSG terus 'pepet' level psikologisnya di 7.000. Bahkan, level tertinggi intraday indeks pada hari ini berada di posisi 7.005,29 yang terbentuk pada awal perdagangan sesi I hari ini, tepatnya sekitar pukul 09:30 WIB.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 267 saham menguat, 266 saham melemah, dan 150 saham lainnya mendatar.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 877,3 miliar. Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 782,9 miliar dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) di posisi ketiga sebesar Rp 565,6 miliar.
Dari pergerakan sahamnya, BBRI ditutup stagnan di harga Rp 4.360/unit, sedangkan saham BBCA melonjak 2,04% ke Rp 7.500/unit dan saham BBNI melesat 1,27% ke Rp 7.950/unit.
IHSG mengikuti pergerakan bursa saham Asia-Pasifik yang terpantau cerah pada hari ini dan bursa saham Amerika Serikat (AS) pada Jumat pekan lalu.
Bursa Asia-Pasifik yang pada pagi hari ini sempat melemah, berbalik arah ke zona hijau. Indeks Nikkei Jepang menguat 0,69%, Hang Seng Hong Kong naik 0,05%, Shanghai Composite China bertambah 0,21%, Straits Times Singapura melesat 1,05%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,69%, dan KOSPI Korea Selatan juga naik tipis 0,03%.
Sedangkan di AS, bursa sahamnya (Wall Street) juga kembali melesat pada perdagangan akhir pekan lalu. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,97% ke posisi 32.845,129, S&P 500 melonjak 1,42% ke 4.130,29, dan Nasdaq Composite melejit 1,88% menjadi 12.390,69.
Padahal bulan lalu, ada rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang memutuskan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bp).
Sepanjang tahun ini, Ketua The Fed, Jerome 'Jay' Powell sudah menaikkan Federal Funds Rate/FFR sebanyak 225 bp dan kemungkinan besar masih berlanjut.
Era suku bunga tinggi adalah musuh bagi pasar saham. Sebab, biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga dapat menggerus laba. Investor pun sulit berharap dividen tinggi.
Sebelumnya, The Fed sempat mengisyaratkan bahwa ke depannya laju kenaikan suku bunga dapat melambat. Di sisi lain, The Fed mempertimbangkan faktor pertumbuhan ekonomi. Jika suku bunga naik terlampau tinggi, maka pertumbuhan ekonomi AS akan semakin tertekan.
Di lain sisi, cerahnya IHSG terjadi disaat inflasi di dalam negeri kembali menanjak dan sudah cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Juli 2022. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi, inflasi semakin tinggi.
Kepala BPS, Margo Yuwono melaporkan laju inflasi domestik bulan lalu adalah 0,64% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 0,61%.
Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), laju inflasi terakselerasi. Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Laju inflasi yang semakin cepat ini perlu diwaspadai. Sebab, inflasi menjadi salah satu pertimbangan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menentukan suku bunga acuan.
Apabila inflasi semakin tinggi, apalagi inflasi inti, maka BI tidak akan segan untuk menaikkan suku bunga acuan seperti bank sentral di berbagai negara. Ketika era suku bunga rendah resmi berakhir, maka akan ada risiko pertumbuhan ekonomi bakal melambat.
Perdagangan hari ini juga menandai perdagangan perdana di bulan Agustus. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak 2012-2021, IHSG cenderung melemah 0,9% di bulan Agustus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000