Inflasi 4,94%, Rupiah Melemah & Jadi yang Terburuk di Asia..

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
01 August 2022 12:00
Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Senin (1/8/2022). Padahal, indeks dolar AS sedang terkoreksi di pasar spot. Apa penyebabnya?

Melansir Refinitiv, rupiah pada sesi pembukaan perdagangan terkoreksi tipis 0,03% ke Rp 14.835/US$. Sayangnya rupiah kembali terkoreksi lebih tajam 0,3% ke Rp 14.875/US$ dan bertahan hingga pukul 11:00 WIB.

Indeks dolar AS yang mengukur performa greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, bergerak di dekat level terendahnya selama tiga pekan karena pasar terus bertaruh bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan terlalu agresif karena ekonomi AS secara teknis sudah masuk ke dalam resesi.

Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau terkoreksi 0,12% ke posisi 105,778.

Jika mengacu pada alat ukur FedWatch, bahwa sebanyak 31% pelaku pasar memprediksikan kemungkinan The Fed akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) pada pertemuan berikutnya pada 21 September, sementara 69% bertaruh kenaikan hanya 50 bps.

Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Juli 2022 naik 0,64% secara bulanan dari 0,61% pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, laju inflasi kembali melesat ke 4,94% dan menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2015 atau 7 tahun lalu.

Kenaikan inflasi tersebut dipicu oleh meningkatnya harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, dan cabai rawit, serta bahan bakar rumah tangga yang termasuk tarif listrik.

Selain itu, S&P Global Indonesia telah merilis Purchasing Managers' Index (PMI) di Juli yang naik ke 51,3 dari 50,2 di bulan sebelumnya dan menjadi level tertinggi sejak April 2022.

"Sektor manufaktur Indonesia mengembalikan momentum pertumbuhannya. Permintaan yang lebih tinggi, terutama dari konsumen domestik, membuat produksi meningkat. Peningkatan produksi mendorong dunia usaha untuk menambah tenaga kerja," papar Sian Jones, Ekonom Senior S&P Global Market Entelligence, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Meski begitu, rilis data ekonomi yang baik dari PMI Indonesia belum dapat menopang pergerakan rupiah terhadap si greenback.

Di Asia, mayoritas mata uang terkoreksi di hadapan si greenback, di mana hanya rupee India, yen Jepang, dan dolar Singapura yang berhasil menguat.

Sementara, Mata Uang Garuda menjadi mata uang di Asia yang berkinerja terburuk karena terkoreksi paling banyak terhadap dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular