
Walau Asia Loyo, Tapi IHSG Dibuka Tetap Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat pada perdagangan Jumat (27/5/2022), menyusul cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut dibuka menguat 0,43% di level 6.980,961 pada pembukaan perdagangan sesi I hari ini. Selang sepuluh menit setelah dibuka, penguatan IHSG cenderung terpangkas yakni menguat 0,39% ke level 6.978,345.
Pergerakan IHSG cenderung berlawanan dengan bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas melemah, kecuali indeks Nikkei Jepang dan ASX 200 Australia yang dibuka menghijau tipis masing-masing 0,05% dan 0,11%.
Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong dibuka merosot 0,86%, Shanghai Composite China melemah 0,34%, Straits Times Singapura dan KOSPI Korea Selatan secara bersamaan terkoreksi 0,28%.
IHSG cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang masih cerah pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 0,97% ke posisi 32.845,129, S&P 500 melonjak 1,42% ke 4.130,29, dan Nasdaq Composite melejit 1,88% menjadi 12.390,69.
Padahal bulan lalu, ada rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang memutuskan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bp).
Sepanjang tahun ini, Ketua The Fed, Jerome 'Jay' Powell sudah menaikkan Federal Funds Rate (FFR) sebanyak 225 bp dan kemungkinan besar masih berlanjut.
Era suku bunga tinggi adalah musuh bagi pasar saham. Sebab, biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga dapat menggerus laba. Investor pun sulit berharap dividen tinggi.
Namun, pelaku pasar di New York kini sampai kepada pemahaman bahwa ada peluang The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Memang masih akan naik, tetapi tidak sampai, misalnya, 100 bp dalam sekali rapat.
Ini karena The Fed tentu mempertimbangkan faktor pertumbuhan ekonomi. Jika suku bunga naik terlampau tinggi, maka pertumbuhan ekonomi AS akan semakin terancam.
US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9% pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga terkontraksi 1,6% (qtq).
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi kuartalan dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. So, Negeri Adikuasa kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi.
Meski IHSG cenderung cerah, tetapi pelaku pasar di dalam negeri patut mencermati beberapa data penting di dalam negeri yang akan dirilis pada pekan ini, salah satunya yaknui rilis data inflasi bulan Juli 2022.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi meningkat 4,83% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi dalam 6,5 tahun terakhir. Kendati tekanan inflasi terus meningkat, tetapi Bank Indonesia (BI) memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di 3,5% karena inflasi inti tetap terjaga di kisaran 2-4%.
Perdagangan hari ini juga menandai perdagangan perdana di bulan Agustus. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak 2012-2021, IHSG cenderung melemah 0,9% di bulan Agustus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000