
Tak Peduli Amerika Resesi, Harga Minyak Naik 11% Minggu Ini

Kecemasan akan terbatasnya pasokan mampu menutup kekhawatiran akan penurunan permintaan. Salah satu risiko yang bisa menghambat permintaan adalah resesi di AS.
US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9% pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga terkontraksi 1,6% qtq.
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi qtq dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. So, Negeri Adikuasa kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi.
Semestinya kabar ini jadi sentimen negatif bagi harga minyak. Pasalnya, AS adalah konsumen minyak terbesar di dunia. Jika sang konsumen terbesar mengalami resesi, maka aktivitas ekonomi akan lesu sehingga permintaan energi turun.
Namun sejauh ini yang terjadi tidak demikian. Harga minyak masih bisa naik, karena pasokan yang diperkirakan bakal seret.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]