Akhir Pekan Suram, Bursa Asia Ditutup Berjatuhan
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Jumat (29/7/2022) akhir pekan ini, setelah pada perdagangan pagi hari ini sempat menghijau dan mengabaikan sentimen dari lesunya kembali ekonomi Amerika Serikat (AS).
Hanya indeks ASX 200 Australia dan KOSPI Korea Selatan yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks saham Negeri Kanguru ditutup melesat 0,81% ke posisi 6.945,2 dan indeks saham Negeri Ginseng berakhir menguat 0,67% ke 2.451,5.
Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei Jepang ditutup turun tipis 0,05% ke posisi 27.801,64, Hang Seng Hong Kong ambruk 2,26% ke 20.156,51, Shanghai Composite China merosot 0,89% ke 3.253,24, Straits Times Singapura melemah 0,28% ke 3.211,56, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir turun tipis 0,08% menjadi 6.951,12.
Hang Seng yang ambruk lebih dari 2% terjadi karena diperberat oleh dua saham teknologi China yang terdaftar di bursa Hong Kong yakni Alibaba dan Meituan.
Saham Alibaba ditutup anjlok 7,01%, menyusul adanya kabar bahwa beberapa eksekutif Ant Group telah mengundurkan diri sebagai mitra Alibaba.
Sedangkan saham Meituan longsor 7,18%, setelah perusahaan itu dipanggil oleh regulator pasar Hangzhou atas keamanan pangan dan persaingan harga.
Di lain sisi, para pemimpin China pada Kamis kemarin mengisyaratkan bahwa Beijing tidak mungkin mencoba untuk meningkatkan ekonomi dan mereka memasang target Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu sekitar 5,5%.
"Ini mengisyaratkan bahwa pemerintah tidak akan menghabiskan terlalu banyak untuk proyek infrastruktur untuk mencapai target itu. Pandangan kami adalah bahwa ini bukan hal yang buruk," kata ING dalam catatan pada hari ini.
Selain itu, Beijing tampaknya masih berkomitmen pada kebijakan nol-Covid-nya.
"Tampaknya bagi kami bahwa setiap perubahan dalam kebijakan nol-Covid hanya akan terjadi ketika pihak berwenang yakin bahwa mutasi mulai melunak dan vaksin/obat-obatan terbukti lebih efektif," kata Betty Wang, ekonom senior dari ANZ Research.
Bursa Asia-Pasifik yang sebelumnya cenderung mengabaikan sentimen dari lesunya kembali perekonomian AS pada kuartal kedua tahun ini di pagi hari tadi, pada akhirnya menarik sikapnya dan tetap kembali berhati-hati.
Hal ini membuat sebagian besar pasar saham di Benua Kuning dan Hijau kembali merana.
Sebelumnya, pada Kamis malam waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam, yang menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9% pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
Pada kuartal I-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS juga terkontraksi 1,6% (qtq).
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi kuartalan dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. So, Negeri Paman Sam kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi.
Sebelum dirilisnya PDB AS pada kuartal II-2022, pada Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk menaikkan kembali suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 2,25% hingga 2,5%.
Hal ini sesuai dengan prediksi beberapa pelaku pasar yang memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunganya sebesar 75 bp pada bulan ini.
Sebelumnya, investor masih khawatir bahwa upaya berkelanjutan The Fed untuk menurunkan inflasi dapat mendorong ekonomi ke jurang resesi, atau bahkan mungkin sudah berada dalam resesi.
Namun, kekhawatiran itu mereda setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengisyaratkan bahwa laju kenaikan suku bunga bisa saja melambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)