
Masih Ada yang Investasi Besar di Kripto! Nggak Takut Boncos?

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim dingin kripto (crypto winter) yang masih terjadi membuat banyak perusahaan yang berinvestasi di aset berisiko tersebut mulai berguguran. Bahkan tidak hanya perusahaan crypto lender, bursa kripto, maupun dana lindung nilai (hedge fund) kripto yang tumbang akibat kejatuhan kripto.
Pada semester I-2022, investasi modal ventura di kripto turun menjadi US$ 9,3 miliar atau setara dengan Rp 139,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 12,5 miliar atau sekitar Rp 187,5 triliun, berdasarkan data dari Crunchbase.
Meski nilai investasinya menurun, tetapi jumlah transaksinya cenderung bertambah menjadi 534 transaksi pada semester I-2022 secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 456 transaksi.
Sebelum adanya kejatuhan kripto, mereka sempat 'getol' masuk ke industri kripto. Mereka berinvestasi ke dalam proyek kripto termasuk di platform dari ekosistem web3.
Pada kuartal I-2022, nilai investasi modal ventura ke sektor tersebut mencapai US$ 10 miliar (Rp 150 triliun). Secara tahunan, nilai investasi pada proyek kripto pun meningkat. Misalnya, pada 2019 totalnya hanya US$ 3,7 miliar, di 2020 naik jadi US$ 5,5 miliar, terakhir pada 2021, nilainya melesat hingga US$ 28 miliar.
Namun, tidak semua pemodal ventura terdampak dari kejatuhan kripto dan mengurangi nilai investasinya. Masih ada beberapa pemodal ventura yang justru menambah taruhannya di kripto.
Seperti contoh Multicoin yang mengumumkan pendanaan terbaru senilai US$ 430 juta atau sekitar Rp 6,45 triliun. Sementara itu, Lightspeed Venture Partners mengumumkan rencananya untuk membentuk tim independen yang akan mengurus investasi di bidang blockchain bernama Lightspeed Faction.
"Kondisi pasar kripto saat ini membuat kami tidak berpikir bahwa peranan mereka mengganggu investor, karena modal mereka sangat besar," kata Roderik van der Graf, pendiri perusahaan investasi Hong Kong Lemniscap, yang berfokus pada kripto dan blockchain.
![]() |
Para modal ventura menawarkan pembiayaan kepada perusahaan muda yang mereka yakini memiliki prospek pertumbuhan yang kuat. Data tersebut menunjukkan keyakinan yang kuat pada masa depan teknologi kripto dan blockchain, meskipun industri mengalami kesulitan selama enam bulan terakhir.
Amerika Utara, yang telah lama menjadi 'hotspot' untuk transaksi modal ventura kripto, kembali menjadi fokus aktivitas yang mencapai US$ 11,4 miliar (Rp 171 triliun) sepanjang semester I-2022, turun dari posisi tahun lalu yang mencapai US$ 15,6 miliar (Rp 234 triliun).
Rumi Morales, direktur investasi di Digital Currency Group, sebuah modal ventura besar di Amerika, mengatakan data tersebut mencerminkan kepercayaan yang semakin kuat di sektor kripto.
"Dulu, ada yang mengatakan bahwa risiko eksistensial dapat menjadi hal terburuk di pasar kripto dan risiko tersebut akan menghilangkan tren bullish di kripto. Tetapi, itu semua hanya mimpi," kata Morales, dikutip dari Reuters.
Adopsi kripto sebagai alat investasi makin menjamur pada tahun lalu, dengan penggunaan blockchain juga terus meningkat. Bahkan jika perubahan revolusioner dari teknologi yang dijanjikan untuk industri seperti keuangan dan komoditas, tetap sulit dipahami mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Di antara mega kesepakatan kripto di AS pada 2022, seperti yang dilakukan oleh cabang bursa kripto FTX yang mengumpulkan dana sebesar US$ 400 juta pada Januari lalu, putaran penggalangan dana sebesar US$ 450 juta oleh pengembang blockchain ConsenSys pada Maret lalu, dan pengumpulan dana sebesar US$ 400 juta oleh penerbit stablecoin Circle sebulan kemudian.
Aktivitas serupa juga kuat di kawasan Eropa, di mana nilai investasi modal ventura di Benua Biru mencapai US$ 2,2 miliar di paruh pertama tahun ini.
Fedi, salah satu modal ventura yang berbasis di Lisbon, di mana Fedi memiliki aplikasi yang dirancang untuk membantu orang menerima, menyimpan, dan membelanjakan Bitcoin, mengatakan pada bulan ini telah berhasil meraup sebesar US$ 4,2 juta dalam pendanaan awal.
"Dalam tujuh hari, kami memiliki semua komitmen investasi, dan dalam waktu kurang dari satu setengah bulan, kami memiliki target penggalangan dana awal di bank," kata Obi Nwosu, salah satu pendiri Fedi mengatakan kepada Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak Bitcoin di Situ-Situ Aja, yang Lain Malah Banyak Boncos
