Jelang FFR, Rupiah Galau! Menguat Sesaat, Melemah Kemudian
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tapi kemudian berbalik arah dan terkoreksi hingga di pertengahan perdagangan Rabu (27/7). Apa pemicunya?
Melansir Refinitiv, rupiah pada sesi pembukaan perdagangan menguat tajam 0,43% ke Rp 14.930/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah menjadi terkoreksi 0,17% ke Rp 15.020/US$.
Pada pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS bergerak melemah 0,15 ke 107,028. Meski terkoreksi, dolar AS akan terus terjaga kinerjanya menjelang rilis kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan akan rilis pada Kamis (28/7) pagi dini hari waktu Indonesia.
Pasar masih memperkirakan adanya kenaikan 75 basis poin (bps), sementara hanya 13% analis yang memproyeksikan kenaikan 100 bps, jika mengacu pada alat ukur FedWatch.
"Ini lebih merupakan menunggu dan melihat daripada ekspektasi kejutan besar," kata Galvin Chia, ahli strategi pasar negara berkembang di NatWest Markets dikutip Reuters.
Dia juga menambahkan bahwa dolar AS akan tetap ditopang oleh permintaan akan mata uang safe haven.
Namun, keagresifan The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya masih dibayangi dengan potensi pelemahan ekonomi. Bahkan, kini Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS menurun, menunjukkan bahwa masyarakat AS tidak 'pede' dengan kondisi ekonomi negaranya.
Pada Selasa (26/7), survei dari Conference Board menunjukkan bahwa IKK turun ke level terendah hampir 1,5 tahun pada Juli di tengah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga.
IKK AS di Juli turun 2,7 poin ke 95,7 yang menjadi posisi terendah sejak Februari 2021. Penurunan tersebut menjadi penurunan ketiga beruntun.
"Penurunan kepercayaan konsumen memberi tahu kita bahwa ekonomi berada pada pijakan yang tidak pasti," kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial North Carolina.
Investor global juga masih menanti rilis PDB AS kuartal II-2022 yang dijadwalkan akan dirilis pada Kamis (28/7) waktu Indonesia. Konsensus analis dari Trading Economics memprediksikan pertumbuhan ekonomi AS akan tumbuh ke 0,5%. Diketahui, PDB AS kuartal I-2022 sempat mengalami kontraksi hingga minus 1,6%.
Jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), rupiah sudah teridentifikasi melemah.
Rupiah bergerak melemah jika dibandingkan dengan penutupannya pada perdagangan Selasa (26/7). Bahkan, rupiah sudah berada di atas level Rp 15.000/US$.
Periode | Kurs Selasa (26/7) pukul 8:56 WIB | Kurs Rabu (27/7) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp14.932,5 | Rp15.001,2 |
1 Bulan | Rp14.953,0 | Rp15.030,0 |
2 Bulan | Rp14.980,0 | Rp15.056,0 |
3 Bulan | Rp15.011,0 | Rp15.086,0 |
6 Bulan | Rp15.076,0 | Rp15.148,0 |
9 Bulan | Rp15.148,0 | Rp15.220,0 |
1 Tahun | Rp15.291,0 | Rp15.304,3 |
2 Tahun | Rp15.786,4 | Rp15.788,6 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)