'Perang Gas' Putin Bikin Batu Bara 'Terbang' 7% Lebih!
Jakarta, CNBC Indonesia - 'Perang gas' di benua Eropa membuat harga batu bara semakin melambung. Pada perdagangan Selasa (26/7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 440 per ton. Melesat 7,04% dibandingkan hari sebelumnya.
Kenaikan tersebut membawa harga pasir hitam mendekati rekor tertingginya di US$ 446 yang tercatat pada 2 Maret tahun ini.
Secara keseluruhan, harga batu bara terbang 18,6% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga melesat 17,1% sementara dalam setahun masih melonjak 196,3%.
Lonjakan harga batu bara disebabkan keputusan perusahaan gas Rusia Gazprom yang kembali memangkas pasokan gas ke Eropa melalui jaringan Nord Stream 1.
Gazprom mengatakan Nord Stream 1 hanya akan menyalurkan 33 juta meter kubik (mcm) gas per hari mulai hari ini, Rabu (27/7/2022). Artinya, kapasitas hanya beroperasi setengah dari pasokan saat ini atau hanya akan menjadi 20%.
Sebelumnya, Gazprom sudah memangkas kapasitas Nord Stream 1 menjadi 40% dengan alasan perawatan. Gazprom juga sempat menghentikan aliran gas melalui Nord Stream 1 selama 10 hari pada 11-21 Juli 2022 dengan alasan pemeliharaan.
Kapasitas maksimal gas yang dapat dialirkan melalui Nord Stream 1 adalah sekitar 160 juta meter kubik (mcm) per hari. Keputusan Gazprom tentu saja ditolak mentah-mentan banyak negara Eropa, terutama Jerman.
Pasalnya, negara-negara Eropa tengah mengejar pengisian pasokan gas hingga 80% pada November mendatang untuk mengantisipasi musim dingin. Dengan kapasitas hanya menjadi 20%, target negara Eropa untuk mengisi pasokan gas hingga 80% pada November mendatang dikhawatirkan tidak terpenuhi.
Untuk mengantisipasi krisis gas, Komisi Uni Eropa telah meminta anggotanya untuk secara sukarela mengurangi penggunaan gas sebesar 15% dari Agustus hingga Maret 2023 demi menjaga pasokan. 'Perang gas' dari negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu langsung menerbangkan harga gas alam yang kemudian berdampak kepada batu bara sebagai sumber energi alternatif.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kini berada di kisaran UER 199,99 per megawatt-jam. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2022. Harga gas alam sudah naik 54% sebulan dan terbang 431% setahun.
Kenaikan harga gas serta 'perang gas' Rusia diyakini akan membuat permintaan batu bara dari benua Eropa melambung sehingga kenaikan harga pun tak terbendung.
Apalagi, Eropa tengah mengejar pasokan batu bara sebelum menutup impor dari Rusia pada 10 Agustus mendatang. Kenaikan suhu udara di Eropa juga diperkirakan akan meningkatkan penggunaan listrik ke depan.
"Risiko pasokan gas akan membantu pergerakan harga batu bara. Pemerintah Eropa juga mulai mengoperasikan kembali pembangkit batu bara mereka. Belum lagi, persoalan cuaca ekstrem yang membuat permintaan listrik meningkat. Pasar batu bara benar-benar dalam tekanan," tulsi ANZ Bank, seperti dikutip dari Montel News.
Impor batu bara dari 27 negara Uni Eropa dan Inggris diperkirakan melonjak 43% hingga tahun depan. Pada Juni 2022, negara Eropa sudah mengimpor batu bara sebanyak 7,9 juta ton, dua kali lipat lebih banyak dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pengiriman dalam jumlah besar dilakukan dari Kolombia (1,2 juta ton) serta Australia (1,1 juta ton).
Negara-negara Eropa kini sibuk mencari pemasok alternatif untuk menggantikan Rusia. Jika semula mereka mengandalkan Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan, mereka bahkan sudah menghubungi Tanzania, Kazakhstan, dan Nigeria untuk menjadi pemasok alternatif.
"Polandia dan Jerman kemungkinan bisa mengganti penggunaan gas pada pembangkit listrik mereka dengan batu bara dengan kapasitas penuh karena pasokan yang memadai," tutur ING, kepada Reuters.
Pembangkit listrik batu bara Mehrum di Jerman yang berkapasitas 690 Mega Watt (MW) akan kembali beroperasi pada 1 Agustus. Namun, empat lainnya belum memberikan pernyataan bersedia mengoperasikan pembangkit mereka, termasuk ENBW.
Jerman berharap bisa mengoperasikan pembangkit listrik batu bara mereka dengan kapasitas 5,9 Giga Watt (GW) hingga April tahun depan. Kapasitas tersebut diharapkan bisa menutup kebutuhan 1-2% listrik yang semula dipasok gas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)