Sanggupkah Batu Bara Kembali ke US$ 400/Ton Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bangkit dan melesat 4,9% pekan lalu. Pasar kini menunggu apakah batu bara bisa kembali menembus level psikologis US$ 400/ton di tengah masih tingginya kekhawatiran pasokan gas di Eropa.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (22/7/2022), harga kontrak Agustus di pasar Newcastle ditutup melompat 6,3% ke US$ 399,05/ton. Jauh membaik ketimbang pekan sebelumnya yang ambruk 8,42%.
Dalam sebulan harga batu bara masih menguat 1,8% secara point to point sementara dalam setahun melesat 172,1%.
Kendati menguat 4,9% dalam sepekan, pergerakan harga batu bara cukup volatil pekan lalu. Naik turunnya harga batu bara disebabkan oleh kekhawatiran pasar akan pasokan gas di Eropa tetapi di sisi lain ada bayang-bayang resesi yang bisa menekan harga komoditas.
Kedua faktor tersebut diperkirakan masih akan menggerakkan harga batu bara pada pekan ini. Kekhawatiran mengenai pasokan gas di Eropa belum berakhir meskipun jaringan pipa Nord Stream 1 beroperasi kembali.
Seperti diketahui, jaringan gas milik perusahaan Rusia Gazprom tersebut diperbaiki sejak 11 Juli dan sudah selesai sesuai jadwal pada Kamis kemarin (21/7/2022).
Semula, negara-negara Eropa khawatir pihak Gazprom akan sengaja memperpanjang proses perbaikan sebagai balasan atas sanksi Eropa ke Rusia. Namun, kekhawatiran ini belum terbukti karena pipa sudah beroperasi kembali meskipun kapasitas aliran gas masih 40%.
Aliran yang belum kembali 100% inilah yang memicu kekhawatiran jika Eropa tidak akan mampu memenuhi target dalam mengisi pasokan gas sebelum musim dingin.
Uni Eropa tengah mempercepat pasokan gas mereka menjadi 80% dari kapasitas sampai 1 November untuk mengantisipasi musim dingin. Pasokan saat ini baru mencapai dua pertiga karena lambatnya pengisian. Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan gas, negara di kawasan Eropa tengah mempercepat pengiriman batu bara. Mereka juga dikejar tenggat waktu untuk mengimpor batu bara dari Rusia karena sanksi larangan impor akan berlaku pada 10 Agustus mendatang.
Dilansir dari Hellenic Shipping News, Uni Eropa adalah importir terbesar batu bara kelima di dunia pada semester I-2022. Mereka hanya kalah dengan India, China, Jepang, dan Korea Selatan. Impor batu bara mereka pada semester I-2022 mencapai 57,6 juta ton atau melesat 49,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Dengan pasar energi global sudah sangat ketat karena gangguan pasokan gas dan minyak mentah maka ketergantungan kepada batu bara semakin membesar. Kenaikan gas menjadi insentif untuk beralih ke batu bara," tutur analis ANZ kepada Montel News.
![]() Produksi batu bara dan kapasitas pembangkit listrik batu bara |
Dilansir dari Reuters, kapasitas pembangkit listrik batu bara diperkirakan melonjak pada tahun ini karena mahalnya harga gas. Kapasitas akan jauh melewati catatan 2021.
Pada tahun lalu, produksi listrik dari pembangkit batu bara mencapai 20.24 terawatt-hours (TWh), melampui rekor sebelumnya yang tercatat pada 2018 yakni 10.098 Twh. Namun, output batu bara justru terus turun dari 8,18-8,26 miliar ton pada 2012-2014 menjadi 8,17 miliar ton pada 2021.
Produksi batu bara juga diperkirakan melonjak pada tahun ini karena China dan India menggenjot produksi. Produksi batu bara China mencapai 2,19 miliar ton pada Januari-Juni 2022, melonjak dibandingkan 1,95 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi batu bara India melonjak menjadi 393 juta ton pada Januari-Mei 2022 dari 349 juta pada Januari-Mei 2021.
Namun, peningkatan produksi ini diperkirakan belum mampu mengejar peningkatan konsumsi. Kondisi tersebut membuat perlambatan ekonomi kurang berdampak kepada harga batu bara.
"Prospek harga batu bara masih akan naik meskipun ada kekhawatiran soal resesi dan perlambatan ekonomi. Batu bara mungkin akan melemah tetapi permintaan yang tinggi membatasi pelemahan tersebut," tutur pelaku pasar, kepada Montel News.
Badan Energi Internasional (EIA) sudah memberikan peringatan jika dunia tengah dihadapkan pada krisis energi yang benar-benar besar untuk pertama kalinya dalam sejarah. Bulan-bulan mendatang menjadi masa yang sangat menantang bagi perkembangan krisis tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Tak Mau Lama-lama Jatuh, Harga Batu Bara Mulai Bangkit
(mae/mae)