Bursa Asia Berakhir Ceria, tapi Nikkei Loyo Sendirian
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menghijau pada perdagangan Selasa (26/7/2022), setelah data awal dari pertumbuhan ekonomi Korea Selatan periode kuartal kedua tahun 2022 melampaui ekspektasi.
Hanya indeks Nikkei Jepang yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni turun 0,16% ke posisi 27.655,21.
Sedangkan sisanya berakhir di zona hijau. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melejit 1,67% ke 20.905,88, Shanghai Composite China melesat 0,83% ke 3.277,44, ASX 200 Australia menguat 0,26% ke 6.807,3.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura ditutup bertambah 0,32% ke 3.190,49, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,31% ke 2.411,1, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik 0,19% ke posisi 6.871,537.
Dari Korea Selatan, pertumbuhan ekonomi secara tak terduga meningkat pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini dipicu karena konsumsi yang kuat saat pelonggaran pembatasan Covid-19 sehingga mendukung kenaikan suku bunga bank sentral.
Bank of Korea (BoK) memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk periode April-Juni naik 0,7% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ), lebih cepat dari pertumbuhan 0,6% pada kuartal pertama dan di atas kenaikan 0,4% yang diperkirakan dalam survei Reuters.
Sementara itu secara tahunan (year-on-year/yoy), PDB Negeri Ginseng pada kuartal II-2022 tumbuh 2,9%, lebih cepat dari ekspektasi analis untuk pertumbuhan 2,5%, tetapi lebih lambat dari pertumbuhan 3,0% pada kuartal I-2022.
BoK sendiri telah menaikan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) pada bulan lalu. Para ekonom mengatakan data optimis memungkinkan BoK untuk melanjutkan pengetatan kebijakan dalam beberapa bulan mendatang.
"Perekonomian pasti akan melambat karena inflasi yang berkepanjangan dan pendinginan ekspor, tetapi data yang solid hari ini adalah dorongan yang baik bagi bank sentral yang melihat inflasi sebagai risiko utama untuk saat ini," kata Chun Kyu-yeon, ekonom di Hana Financial Investment.
BoK telah menaikkan suku bunga kebijakan dengan gabungan 1,75 poin persentase menjadi 2,25%, dari rekor terendah 0,5% sejak Agustus 2021, dan para ekonom memperkirakan suku bunga berada di 2,75% pada akhir tahun ini. Bank sentral Negeri Ginseng akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada 25 Agustus mendatang.
Di lain sisi, konsumsi swasta sendiri melonjak 3,0%, setelah penurunan 0,5% pada kuartal pertama tahun ini karena pemerintah pada April menghapus hampir semua pembatasan jarak sosial terkait Covid-19.
Sementara itu dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) merilis risalah untuk pertemuan Juni pada hari ini, setelah mempertahankan suku bunga pada level yang sangat rendah pada pekan lalu.
Anggota dewan kebijakan BoJ mengatakan ekonomi Negeri Sakura memang sedang menuju pemulihan dari dampak Covid-19, tetapi masih membutuhkan dukungan kuat di sisi keuangan karena tekanan dari kenaikan harga komoditas.
"Mereka juga sepakat bahwa perlu memperhatikan perkembangan di pasar keuangan dan valuta asing serta dampaknya terhadap aktivitas dan harga ekonomi Jepang," kata risalah tersebut.
Di lain sisi, pelaku pasar di Asia-Pasifik juga menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan pada Rabu, 27 Juli waktu setempat, di mana pasar memprediksikan setidaknya kenaikan pada suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp).
Seperti kebanyakan bank sentral dunia lainnya, The Fed bersikap agresif untuk meredam inflasi dengan konsekuensi perlambatan ekonomi.
Masih dari AS, kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS cenderung terkoreksi di pra-pembukaan perdagangan hari ini, setelah Walmart memangkas proyeksi pendapatannya. Alhasil, saham di sektor ritel juga ikut turun di beberapa jam setelahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)