Dolar AS Lesu, Rupiah Berhasil Nanjak Lagi!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
25 July 2022 11:25
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Senin (25/7). Apa penyebabnya?

Melansir Refinitiv, rupiah pada sesi pembukaan perdagangan menguat cukup tajam 0,23% ke Rp 14.980/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi menguat hanya 0,15% ke Rp 14.993/US$.

Indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback di hadapan enam mata uang utama dunia lainnya, bergerak melemah sebanyak 0,09% ke posisi 106,63.

Namun, pelemahan dolar AS tetap terjaga karena pasar bersiap untuk kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan diumumkan pada Rabu (27/7) waktu setempat.

Para pelaku pasar memprediksikan setidaknya ada kenaikan sebesar 75-100 basis poin (bps). Namun, jika mengacu pada FedWatch hanya sebanyak 9% memprediksikan kenaikan 100 bps, sisanya memprediksikan kenaikan 75 bps.

Selain itu, pada Kamis (28/7) juga akan dirilis data pertumbuhan ekonomi AS. Pada kuartal I-2022 pertumbuhan ekonomi AS berkontraksi di -1,6%. Namun, konsensus analis Trading Economics memprediksikan pertumbuhan kuartal II-2022 akan berada di 0,4% dan prediksi analis Trading Economics berada di 0,6%.

Bahkan, Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Minggu (24/7) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS yang melambat tidak dapat dihindari dan potensi resesi tetap ada.

Namun, jika melihat situasi pada angka perekrutan pekerja yang kuat dan belanja konsumen masih menunjukkan kekuatan ekonomi AS dan tidak berada dalam resesi.

Per Juni, ada setidaknya 372.000 pekerjaan baru dan menjadi kenaikan dalam periode empat bulan beruntun. Tingkat pengangguran juga bertahan di 3,6%.

"Ini bukan ekonomi yang sedang resesi, tapi kita berada dalam periode transisi di mana pertumbuhan melambat," tuturnya dikutip Reuters.

Yellen mengatakan bahwa kenaikan suku bunga The Fed lalu dapat membantu membawa harga yang melonjak kembali terkendali. Pemerintah AS juga kini menjual Cadangan Minyak Strategis sehingga membantu menurunkan harga gas sekitar 50 sen/galon.

Setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan moneternya untuk mempertahankan suku bunga acuan di 3,5%, nampaknya pelaku pasar menyambut baik keputusan tersebut.

Rupiah hari ini berhasil menguat, meskipun performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergerak di zona merah, tapi pelemahannya relatif rendah.

Jika mengacu pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF), rupiah berpotensi menguat ketimbang dengan penutupannya pada Jumat (22/7) pekan lalu.

Periode

Kurs Jumat (22/7) pukul 15:13 WIB

Kurs Senin (25/7) pukul 11:05 WIB

1 Pekan

Rp14.988,5

Rp14.966,0

1 Bulan

Rp15.031,0

Rp14.995,6

2 Bulan

Rp15.055,0

Rp15.031,5

3 Bulan

Rp15.091,0

Rp15.067,0

6 Bulan

Rp15.176,0

Rp15.159,0

9 Bulan

Rp15.236,0

Rp15.225,8

1 Tahun

Rp15.359,0

Rp15.286,5

2 Tahun

Rp15.833,7

Rp15.792,6

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasarĀ spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular