
Awal Pekan Bursa Asia Dibuka Lesu, Kecuali Bursa Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (25/7/2022), di mana investor menanti serangkaian data ekonomi dan agenda penting di kawasan tersebut dan global.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,64%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,43%, Shanghai Composite China turun tipis 0,04%, dan KOSPI Korea Selatan juga turun tipis 0,02%.
Sedangkan indeks ASX 200 Australia dibuka naik tipis 0,08% dan Straits Times Singapura menguat 0,62%.
Dari Singapura, data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Juni 2022 akan dirilis pada hari ini pukul 12:00 WIB. Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan IHK inti Singapura pada bulan lalu meningkat 4,2% dibandingkan tahun lalu.
Pada pekan ini, pelaku pasar di Asia-Pasifik bakal memantau data awal dari pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada periode kuartal kedua tahun ini yang akan dirilis pada Selasa besok dan data inflasi (IHK) Australia periode kuartal II-2022 yang akan dirilis pada Rabu mendatang.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah koreksinya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,43% ke posisi 31.899,289, S&P 500 merosot 0,93% ke 3.961,63, dan Nasdaq Composite ambles 1,87% menjadi 11.834,11.
Investor global masih menantikan keputusan kebijakan moneter oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan dirilis pekan ini pada 26-27 Juli 2022 waktu setempat.
Pasar memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga 75-100 basis poin (bp) untuk meredam angka inflasi yang kembali melonjak. Inflasi per Juni 2022 melesat ke 9,1% dan menjadi angka inflasi terbesar sejak 4 dekade lalu.
Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, peluang untuk terkoreksinya bursa saham AS terbuka lebar. Ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai, kian menambah tekanan terhadap aset berisiko.
Saat ini, suku bunga AS berada di 1,5-1,75%, jika The Fed kembali menaikkan suku bunga di bulan ini sebesar 75 bp maka suku bunga AS akan berada di kisaran 2,25-2,5%.
Sementara itu, kabar kurang menggembirakan datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), di mana WHO telah mengaktifkan status siaga tertinggi untuk wabah cacar monyet (monkeypox) yang kini berkembang.
Lembaga PBB itu menyatakan virus itu sebagai "darurat kesehatan" masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Penunjukan status ini berarti bahwa WHO sekarang memandang wabah itu sebagai ancaman yang cukup signifikan bagi kesehatan global. Sehingga respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk mencegah virus menyebar lebih jauh dan berpotensi meningkat menjadi pandemi.
Meski deklarasi tersebut tidak memaksakan persyaratan tertentu pada pemerintahan suatu negara, itu berfungsi sebagai seruan mendesak untuk bertindak. WHO akan mengeluarkan pedoman dan rekomendasi kepada negara-negara anggotanya.
Mengutip CNBC International, berdasar data WHO, saat ini, lebih dari 16.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 70 negara sepanjang tahun 2022. Jumlah infeksi yang dikonfirmasi naik 77% dari akhir Juni hingga awal Juli.
Pria yang berhubungan seks dengan pria saat ini memiliki risiko infeksi tertinggi. Lima kematian akibat virus telah dilaporkan di Afrika tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
