Akhir Pekan Bursa Asia Gak Kompak, Beruntung IHSG Selamat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 22/07/2022 16:59 WIB
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Jumat (22/7/2022) akhir pekan ini, karena investor mencerna data inflasi Jepang yang sudah berada di atas target bank sentral.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,4% ke 27.914,66, Hang Seng Hong Kong naik 0,17% ke 20.609,14, Straits Times Singapura melesat 0,86% ke 3.179,43, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,33% ke posisi 6.886,96.

Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China ditutup turun tipis 0,06% ke posisi 3.269,97, ASX 200 Australia juga turun tipis 0,04% ke 6.791,5, dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,66% ke 2.393,14.


Dari Jepang, inflasi pada bulan lalu berada sedikit di atas target yang ditetapkan oleh bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu dilaporkan turun sedikit menjadi 2,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 2,5% pada Mei lalu.

Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), IHK Negeri Sakura pada bulan lalu tidak mencatatkan inflasi maupun deflasi alias 0%. Angka itu turun dibandingkan dengan Mei 2022 yang mencatatkan deflasi 0,3%.

Sementara untuk IHK inti Jepang pada Juni 2022 tercatat sebesar 2,2% atau berada sedikit di atas target BoJ sebesar 2%. Angka itu juga naik dari Mei 2022 sebesar 2,1%.

Mengutip Reuters, para analis menilai naiknya harga bahan bakar dan makanan, yang sebagian disebabkan oleh serangan Rusia ke Ukraina dan pelemahan tajam yen yang membuat biaya impor membengkak, diperkirakan akan menjaga inflasi konsumen inti Jepang di atas target BoJ untuk tahun ini.

Sebelumnya, BoJ pada Kamis kemarin menaikkan perkiraan inflasi konsumen intinya untuk tahun fiskal saat ini yang berakhir pada Maret 2023 menjadi 2,3% dari 1,9%, tetapi BoJ kembali mempertahankan suku bunganya di level yang sangat rendah yakni di -0,1%.

Selain data inflasi, Jepang juga merilis data awal dari aktivitas manufaktur pada periode Juli 2022. Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi Jibun Bank Jepang jatuh ke titik 52,2 pada Juli, level terendahnya dalam 10 bulan.

Perlambatan ini menggambarkan bagaimana ekonomi Jepang masih berjuang keras keluar dari dampak pandemi Covid-19 tetapi di sisi lain sudah harus berjuang dengan inflasi.

Selain Jepang, data awal dari PMI manufaktur pada bulan ini juga dirilis di Australia, di mana PMI manufaktur pada bulan ini di Negeri Kanguru juga melemah menjadi 55,7, dari sebelumnya di angka 56,2 pada bulan lalu.

Aktivitas pabrik di Australia melandai karena adanya gangguan rantai pasok, kenaikan biaya bahan mentah, serta perlambatan ekonomi global.

"PMI di Juli menunjukkan sektor manufaktur sedang melambat karena melandainya permintaan. Gelombang baru Covid-19 juga mulai berdampak kepada layanan jasa," tutur Marcel Thieliant, ekonom senior pada Capital Economics menanggapi PMI Jepang, seperti dikutip Reuters.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Meski inflasinya menanjak dan aktivitas manufakturnya melambat, tetapi indeks Nikkei tetap berada di jalur hijau pada hari ini, menandakan bahwa investor di negara tersebut tidak terlalu mengkhawatirkannya, apalagi data PMI yang dirilis pada hari ini merupakan data awal.

Selain Jepang, sebagian besar pelaku pasar di Asia-Pasifik juga cenderung optimis, setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali cerah pada perdagangan kemarin.

Cerahnya Wall Street disebabkan karena dolar AS yang melandai setelah bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) menaikkan suku bunga dan rilis data klaim awal pengangguran.

ECB memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 0,5%, atau lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 25 bp. Ini kali pertama dalam 11 tahun.

Sementara itu dari data ketenagakerjaan AS, data klaim tunjangan pengangguran awal menunjukkan pemburukan dengan meningkat menjadi 251.000 sepekan lalu, dari pekan sebelumnya sebanyak 244.000 klaim. Ini merupakan kenaikan untuk 3 pekan beruntun dan menjadi level tertinggi sejak November 2021.

"Ini menunjukkan kepada Anda bahwa ekspektasi pasar benar-benar rendah, bahwa sedikit kabar baik bisa sangat membantu ketika Anda memiliki ekspektasi yang rendah," kata Keith Lerner dari Truist.

Terlihat optimisme investor mulai bangkit karena kembali memilih saham bertumbuh, bukan defensif, bahkan di tengah data ekonomi yang lemah.

"Sentimen bullish di pasar sepertinya telah kembali dan kita melihat reli yang tajam di sektor teknologi, kripto, dan aset berisiko lainnya di beberapa hari ini," tutur Analis Investasi eToro Callie Cox dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor