IHSG Sesi I Berakhir Menguat, Dikit Lagi Balik ke 6.900
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (22/7/2022) di tengah keputusan Bank Indonesia menahan suku bunga acuan di level 3,5% kemarin.
IHSG dibuka menguat 0,11% di posisi 6.871,51 dan ditutup menguat dengan apresiasi 0,41% atau 28,44 poin ke 6.892,58 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 5,72 triliun dengan melibatkan lebih dari 12 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sempat bergerak volatil. Pukul 09:06 WIB IHSG terpantau berbalik arah ke zona merah dengan koreksi 0,12% ke 6.855,82. Namun, sekitar pukul 09:15 WIB IHSG kembali menguat dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I.
Level tertinggi berada di 6.896,31 pukul 10:30 WIB dan level terendah berada di 6.850,49 beberapa menit setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 277 unit, 200 unit lainnya melemah, dan 194 sisanya stagnan.
Pergerakan IHSG siang ini mengekor Wall Street yang masih semringah karena rilis kinerja keuangan yang memuaskan bagi investor. Saham-saham teknologi berhasil mendorong indeks karena kinerja perusahaan yang dinilai memuaskan.
Selain itu, cerahnya Wall Street juga disebabkan karena dolar AS yang melandai setelah bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) menaikkan suku bunga dan rilis data klaim awal pengangguran.
ECB memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 0,5%, atau lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 25 bp. Ini kali pertama dalam 11 tahun.
Sementara itu dari data ketenagakerjaan AS, data klaim tunjangan pengangguran awal menunjukkan pemburukan dengan meningkat menjadi 251.000 sepekan lalu, dari pekan sebelumnya sebanyak 244.000 klaim. Ini merupakan kenaikan untuk 3 pekan beruntun dan menjadi level tertinggi sejak November 2021.
Terlihat optimisme investor mulai bangkit karena kembali memilih saham bertumbuh, bukan defensif, bahkan di tengah data ekonomi yang lemah.
"Sentimen bullish di pasar sepertinya telah kembali dan kita melihat reli yang tajam di sektor teknologi, kripto, dan aset berisiko lainnya di beberapa hari ini," tutur Analis Investasi eToro Callie Cox dikutip CNBC International.
Dari dalam negeri sentimen masih seputar hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Juli 2022 yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate di 3,5%.
Dengan ini, genap 17 bulan sudah suku bunga acuan dipertahankan di level terendahnya sepanjang sejarah. Nilai tukar rupiah di pasar spot langsung melemah dan tembus Rp 15.030/US$.
Pelemahan nilai tukar rupiah juga turut membebani pasar saham ke depannya. Pelemahan rupiah sejatinya juga menjadi sentimen negatif untuk pasar saham. Tim Riset CNBC Indonesia mencatat rupiah memulai tren depresiasi terhadap dolar AS pada akhir April 2022. Saat itu IHSG juga ikut melemah signifikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/vap)