
Pertama Sejak Mei 2020, Rupiah Berakhir di Atas Rp 15.000/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (21/7/2022). Bank Indonesia (BI) yang masih mempertahankan suku bunga membuat rupiah kembali melemah. Maklum saja, selisih suku bunga dengan bank sentral AS (The Fed) akan semakin menyempit.
Melansir data Refintiiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.985/US$. Setelahnya rupiah melemah dan kembali menembus Rp 15.000/US$.
Setelah pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI rupiah menyentuh Rp 15.033/US$, melemah 0,32%, dan menjadi yang terlemah sejak Mei 2020.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 15.030/US$, melemah 0,3%. Ini merupakan kali pertama sejak 5 Mei 2020 rupiah mengakhiri perdagangan di atas Rp 15.000/US$.
Bank Indonesia hari ini mempertahankan 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) di rekor terendah sepanjang sejarah 3,5%. Suku bunga acuan tersebut tidak berubah selama 18 bulan.
"Rapat Dewan Gubernur Juli 2022 memutuskan mempertahankan (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) pada level 3,5%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).
Sementara itu suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah sama kuat di antara yang memperkirakan kenaikan dan yang mempertahankan suku bunga acuan.
Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, tujuh memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,75% pada bulan ini. Sementara tujuh lainnya memperkirakan BI tetap mempertahankan BI 7-DRR.
Kenaikan suku bunga bisa memberikan sentimen positif ke rupiah, di sisi lain momentum pertumbuhan ekonomi akan sedikit tertahan. Di sisi lain, jika suku bunga di tahan, maka rupiah akan tertekan, tetapi momentum pertumbuhan ekonomi masih bisa dijaga.
Selain itu, selisih suku bunga dengan The Fed akan semakin menyempit, sebab pada pekan depan suku bunga akan kembali dinaikkan.
The Fed sejauh ini sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%, dan pekan depan diperkirakan akan menaikkan 75 hingga 100 basis poin.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga menegaskan akan terus menaikkan suku bunga di sisa tahun ini hingga diproyeksikan menjadi 3,5% - 3,75%.
Dengan demikian, semakin lama BI mempertahankan suku bunga maka selisihnya dengan The Fed akan semakin menyempit. Ada risiko capital outflow, khususnya di pasar obligasi akan terus terjadi.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) sepanjang Juli hingga tanggal 19 terjadi capital outflow di pasar obligasi sebesar Rp 26 triliun. Sementara jika dilihat sejak akhir tahun 2021, capital outflow tercatat sebesar Rp 137 triliun, yang membuat rupiah sulit menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
