Deg-degan Tunggu Bunga Acuan BI, IHSG Sesi I Melemah 0,79%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 21/07/2022 12:09 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi I Kamis (21/7/2022) di tengah penantian investor terkait pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) siang ini yang menjadi perhatian utama pelaku pasar.

IHSG dibuka menguat 0,07% di posisi 6.879,72 dan ditutup melemah dengan koreksi 0,79% atau 54,09 poin ke 6.820,65 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 5,98 triliun dengan melibatkan lebih dari 10 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sempat berada di zona hijau. 10 menit kemudian, IHSG langsung terbanting ke zona merah dengan koreksi 0,71% ke 6.825,6. IHSG tampak konsisten bergerak di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi pertama.


Level tertinggi berada di 6.893,38 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level terendah berada di 6.809,72 sekitar pukul 10:40 WIB. Terdapat 238 saham naik, 238 saham turun, dan 195 sisanya stagnan.

IHSG sudah melesat tajam lebih dari 2% kemarin sehingga siang ini memang rawan terkoreksi. Sementara, saham mulai bangkit dalam dua hari terakhir selama musim rilis kinerja keuangan di tengah inflasi yang masih meninggi dan ancaman perlambatan ekonomi yang dapat mempengaruhi perusahaan.

Namun, tampaknya Wall Street masih diselimuti 'awan mendung' karena tetap pada level historis yang pesimis. Meskipun beberapa investor meyakini rilis kinerja sebagai titik balik dari kejatuhan selama ini.

Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar fokus pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Pandangan ekonom tentang prospek suku bunga acuan pun terbelah.

Dari 15 ekonom yang disurvei Tim Riset CNBC Indonesia, 7 ekonom memperkirakan BI akan kembali hold sedangkan sisanya memperkirakan bank sentral nasional akan mulai menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps).

Sejauh ini BI dipandang sebagai bank sentral yang kebijakan moneternya masih paling akomodatif. Hal ini berbeda dengan negara-negara Eropa serta AS yang sudah mulai menaikkan suku bunga acuan. Di kawasan Eropa, Bank Sentral Swiss sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps). Bank of England sudah menaikkan 100 basis poin (bps).

Sementara itu bank sentral AS (The Fed) menjadi yang paling agresif dengan kenaikan 150 bps. Berbeda dengan Eropa dan AS, bank sentral kawasan Asia seperti Bank of Japan (BoJ) dan People's Bank of China (PBoC) masih enggan untuk hawkish.

Meskipun suku bunga acuan masih ditahan oleh BI, tetapi Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan naik signifikan. Pada September 2022 nanti GWM perbankan ditetapkan sebesar 9%. Kenaikan GWM dipandang sebagai langkah normalisasi likuiditas oleh ekonom.

Namun langkah tersebut tidak mampu membendung pelemahan nilai tukar rupiah. Di sepanjang tahun ini rupiah sudah melemah 5% terhadap dolar AS.

Memang pelemahan rupiah masih lebih terbatas dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun pelemahan ini sebenarnya cukup membayangi pergerakan harga aset berisiko seperti saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Nyontek MI, Ini Saham Yang Banyak Diburu Saat BI Rate Turun