
Siap-siap Gerak IHSG Terbatas, Bursa Asia Lesu Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Kamis (21/7/2022). Investor menanti pengumuman kebijakan moneter terbaru dari bank sentral Jepang pada hari ini.
Indeks ASX 200 Australia dibuka naik tipis 0,03% dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,36%. Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,19%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,78%, Shanghai Composite China terpangkas 0,26%, dan Straits Times Singapura terdepresiasi 0,65%.
Investor di Asia-Pasifik saat ini menanti keputusan suku bunga acuan terbaru dari bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada hari ini, di mana pelaku pasar berekspektasi bahwa bank sentral Negeri Sakura tersebut akan kembali mempertahankan suku bunga rendahnya pada hari ini, berdasarkan survei dari Reuters.
Jika BoJ tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya pada hari ini, maka hal tersebut menjadikan BoJ sebagai bank sentral yang masih bersikap dovish, di tengah banyaknya bank sentral yang sudah hawkish.
Di lain sisi, data perdagangan Jepang pada Juni lalu dilaporkan beragam. Data ekspor Negeri Sakura pada bulan lalu tercatat naik menjadi 19,4% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 15,8%.
Namun, impor Jepang pada bulan lalu dilaporkan turun menjadi 46,1% (yoy), dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 48,9%. Sehingga, neraca perdagangan Jepang masih mengalami defisit sebesar 1,38 triliun yen, lebih baik dari Mei lalu yang defisit sebesar 2,38 triliun yen.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah menghijaunya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu kemarin waktu setempat, ditopang oleh rilis kinerja keuangan yang solid.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,15% ke posisi 31.874,84, S&P 500 menguat 0,49% ke 3.959,9, dan Nasdaq Composite melonjak 1,58% menjadi 11.897,65.
Optimisme investor saat ini mengalahkan fakta bahwa inflasi sudah menggerogoti sektor properti. Laporan asosiasi penyedia KPR di AS, yakni Mortgage Bankers Association (MBA), menunjukkan permintaan KPR melemah lebih dari 6% secara mingguan pada pekan lalu, menyentuh titik terendah dalam 22 tahun.
Saham-saham teknologi dan komunikasi menguat karena selera risiko pasar yang mulai meningkat. Tekanan terhadap kenaikan suku bunga sementara ini mulai mereda.
"Kami melihat helaan nafas untuk penguatan hari menandakan bahwa rebound bursa AS bisa berlanjut," tutur Stephen Suttmeier, perencana riset teknikal Bank of America, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Saham mulai bangkit dalam dua hari terakhir selama musim rilis kinerja keuangan di tengah inflasi yang masih meninggi dan ancaman perlambatan ekonomi yang dapat mempengaruhi perusahaan.
Namun, tampaknya Wall Street masih diselimuti 'awan mendung' karena tetap pada level historis yang pesimis. Meskipun beberapa investor meyakini rilis kinerja sebagai titik balik dari kejatuhan selama ini.
"Sentimen pasar lebih buruk hari ini daripada di awal pandemi, bahkan dengan 2008 jika dibandingkan dengan penurunan saat ini," kata Keith Buchanan, manajer portofolio di Globalt, manajer uang yang berbasis di Atlanta.
"Namun, musim pendapatan ini yang cenderung solid bisa menjadi katalis untuk itu mulai berubah," tambah Buchanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
