Awal Pekan Bursa Asia Dibuka Cerah, KOSPI Melesat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menghijau pada perdagangan Senin (18/7/2022), di tengah cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,75%, Shanghai Composite China bertambah 0,46%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,75%, ASX 200 Australia naik 0,12%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 0,82%. Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Laut.
Dari China, Pemerintah Makau mengatakan akan memperpanjang penangguhan operasi untuk semua industri, perusahaan komersial, dan tempat-tempat di wilayah administrasi khusus hingga Jumat mendatang.
Makau telah mencatat sekitar 1.500 infeksi Covid-19 sejak pertengahan Juni. Sekitar 19.000 orang berada dalam karantina wajib karena pemerintah mematuhi kebijakan nol Covid-19 China, kendati bertentangan dengan tren global yang mencoba hidup berdampingan dengan virus.
Lebih dari 30 zona di kota yang dianggap berisiko tinggi sekarang dikunci, artinya tidak ada yang diizinkan masuk atau keluar setidaknya selama lima hari.
Sementara pemerintah mengatakan tidak memberlakukan penguncian seluruh kota, langkah-langkah ketat berarti Makau ditutup secara efektif.
Hal ini membuat kota dengan pusat judi terbesar di dunia tersebut kembali menutup semua kasinonya untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2 tahun pada Senin lalu. Terakhir kali kasino ditutup terjadi pada Februari 2020 selama 15 hari.
Pemerintah sebelumnya ragu-ragu untuk menutup kasino karena mandatnya untuk melindungi pekerjaan. Industri ini mempekerjakan sebagian besar penduduk secara langsung dan tidak langsung, dan menyumbang lebih dari 80% pendapatan pemerintah.
Saham-saham kasino yang terdaftar di Hong Kong pun terpukul pada pekan lalu ketika pengumuman awal tersebut dibuat.
Di lain sisi, investor menanti pengumuman hasil rapat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), dan kebijakan moneter terbaru dari bank sentral China (People Bank of China/PBoC) dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ). Ketiganya akan mewarnai pasar keuangan Asia-Pasifik pada akhir pekan ini.
Bursa saham Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah cerah bergairahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Pada Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melejit 2,15% ke posisi 31.288,26, S&P 500 melonjak 1,92% ke 3.863,16, dan Nasdaq Composite melesat 1,79% menjadi 11.452,42.
Meski pada perdagangan akhir pekan lalu cerah bergairah, tetapi sepanjang pekan lalu, Wall Street terpantau melemah. Inflasi yang makin memanas juga membuat uang investor di aset berisiko bisa "kebakaran".
Sepanjang pekan lalu, Dow Jones turun 0,17%, S&P 500 merosot 0,93%, dan Nasdaq ambles 1,17% secara point-to-point (ptp).
Inflasi yang terlampau panas menggerakkan niat bank sentral dunia untuk menaikkan suku bunganya dengan lebih agresif.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bahkan sudah menaikkan suku bunganya tiga kali saat paruh pertama 2022 dan diperkirakan akan terus naik. Sebab inflasi yang terus naik.
Sebagai catatan, sudah tiga kali dalam paruh pertama 2022, bank sentral yang dipimpin Jerome Powell itu menaikkan suku bunga. Tiap kenaikan pun makin agresif. Setelah 25 basis poin (bp), naik menjadi 50 bp dan terakhir 75 bp.
Kenaikan suku bunga dinilai membuat ekonomi dunia bertumbuh dengan lambat bahkan terancam resesi.
The Fed merilis laporan dari 12 distrik Fed yang dikenal sebagai "Beige Book" pada Rabu lalu, yang menunjukkan kekhawatiran terhadap potensi resesi karena inflasi yang tinggi.
"Kesimpulan untuk investor adalah kebijakan The Fed akan tetap bergantung pada data dan The Fed akan melanjutkan jalur pengetatan yang agresif sampai tekanan inflasi memuncak dengan pasti," tulis analis BCA Research di dalam risetnya dikutip CNBC International.
Dia juga menambahkan bahwa tekanan harga yang terus menerus akan menyebabkan kenaikan suku bunga acuan yang besar pada pertemuan selanjutnya di 26-27 Juli. Namun, masih ada ruang untuk perbaikan data ekonomi sebelum pertemuan pada September atau 8 pekan lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)