Top Gainers-Losers

Top Gainers & Losers, Ada Milik Boy Thohir dan 'Mantan' LKH

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
18 July 2022 07:51
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali terkoreksi pada perdagangan Jumat (15/7/2022) akhir pekan lalu. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks melemah 0,57% ke level 6.651,905 pada perdagangan akhir pekan lalu

Sepanjang pekan lalu, IHSG terpantau ambles 1,31% secara point-to-point (ptp). Dengan ini, maka IHSG sudah mencatatkan koreksi hingga tingga tiga pekan beruntun.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 757,5 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 814,71 miliar.

BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian IHSG mencapai sekitaran Rp 13 triliun pada akhir pekan lalu, dengan melibatkan 18 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali.

Di tengah lesunya IHSG pada akhir pekan lalu, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham Top Gainers

Saham emiten pelayanan kesehatan yakni PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) memimpin jajaran top gainers pada Jumat akhir pekan lalu. Saham DGNS ditutup melejit 20% ke posisi harga Rp 408/saham.

Nilai transaksi saham DGNS pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 30,94 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 78,29 juta lembar saham. Investor asing melepas saham DGNS sebesar Rp 483,97 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 4 Juli hingga perdagangan akhir pekan lalu, saham DGNS tercatat 5 kali menghijau, 4 kali merah, dan 2 kali stagnan. Dengan ini, saham DGNS telah naik 43,66% dalam sepekan terakhir dan melonjak 35,1% dalam sebulan terakhir.

Belum ada informasi signifikan terkait kenaikan saham emiten laboratorium kesehatan ini. Perusahaan belum merilis secara resmi laporan kuartal I-2022.

Namun hingga September 2021, DGNS tercatat membukukan penjualan senilai Rp 250,83 miliar, melesat 149,10% dari tahun sebelumnya Rp 100,69 miliar pada September 2020.

Kabar terbaru menyebutkan bahwa DGNS telah menyusun sejumlah rencana pengembangan termasuk memaksimalkan jasa layanan pemeriksaan di luar Covid-19, seperti Medical Check Up/MCU serta pemeriksaan yang berhubungan dengan genetik atau genomik.

Sebagai informasi, kontribusi jasa test PCR terhadap pendapatan DGNS tercatat mencapai lebih dari 60% pada tahun 2021 lalu.

Selain pengembangan jasa atau layanan, DGNS juga berencana melakukan ekspansi cabang baru dan jaringan outlet. Pihaknya berencana menambah empat cabang baru dan 10 sampai dengan 20 jaringan outlet yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Selain saham DGNS, terdapat pula saham emiten perdagangan besar bahan konstruksi dan perlengkapan bahan bangunan yakni PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS), di mana saham BEBS bertahan di posisi kedua jajaran top gainers sejak perdagangan Kamis lalu.

Saham BEBS ditutup melonjak 17,65% ke posisi Rp 5.200/saham. Nilai transaksi saham BEBS pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 274,94 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 60,76 juta lembar saham. Asing juga melepas saham BEBS sebesar Rp 56,74 miliar di pasar reguler.

Berdasarkan data perdagangan, sejak perdagangan 4 Juli hingga perdagangan akhir pekan lalu, saham BEBS hanya mencetak koreksi sebanyak 2 kali, sedangkan sisanya yakni menguat sebanyak 7 kali dan sekali stagnan.

Dalam sepekan terakhir, saham BEBS melejit 20,93%, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham BEBS berbalik melonjak 21,78 %.

Dari kinerja keuangannya, BEBS mencatatkan kenaikan laba bersih 104,96% menjadi Rp 82,19 miliar secara tahunan (year-on-year/yoy)per Juni 2022, dari tahun sebelumnya Rp 40,1 miliar. BEBS Juga mencatatkan penjualan Rp 345 miliar, naik 89,41% (yoy), dari sebelumnya Rp 182,55 miliar.

Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Saham Top Losers

Beberapa saham emiten batu bara masuk ke jajaran top losers pada perdagangan akhir pekan lalu. Adapun emiten batu bara tersebut yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

Saham ADMR ditutup ambles 6,93% ke posisi harga Rp 1.545/saham. Dengan ini, maka saham ADMR menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) akhir pekan lalu.

Nilai transaksi saham ADMR pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 195,85 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 124,43 juta lembar saham. Investor asing melepas saham ADMR sebesar Rp 33,03 miliar di pasar reguler.

Dalam sepekan terakhir, saham ADMR terpantau ambruk 12,22%, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham ADMR ambles 14,88%.

Selain saham ADMR, adapula saham HRUM, di mana harga sahamnya ambrol 6,73% ke posisi Rp 1.385/saham dan menyentuh batas ARB-nya pada perdagangan akhir pekan lalu.

Nilai transaksi saham HRUM pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 120,55 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 85,9 juta lembar saham. Asing juga melepas saham HRUM sebesar Rp 12,31 miliar di seluruh pasar.

Dalam sepekan terakhir, saham HRUM terpantau ambrol 7,67%, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham HRUM anjlok 19,94%.

Amblesnya saham ADMR dan HRUM dipicu oleh melemahnya harga batu bara. Pada perdagangan Jumat (15/7/2022), harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 380,5 per ton, ambles 7,36% dibandingkan hari sebelumnya.

Memang pada pekan lalu, harga batu bara juga cenderung lesu. Sepanjang pekan lalu, harga batu bara terpantau ambruk 8,42% secara point-to-point (ptp). Pergerakan batu bara pekan lalu berbalik dari pekan sebelumnya yang melonjak 10,8% ptp.

Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh masih melemahnya permintaan dari China serta beroperasinya kembali jalur kereta di New South Wales, Australia setelah sempat ditutup karena terjangan banjir.

Impor batu bara China mencapai 18,98 juta ton pada Juni tahun ini, anjlok 33% (yoy) dan 4,5% secara bulanan (month-to-month/mtm). Impor batu bara China pada Januari-Juni atau semester I 2022 mencapai 115 juta ton atau merosot 17,5%.

Di lain sisi, Pemerintah China yang sedang mengkaji akan mengimpor kembali batu bara dari Australia membuat harga batu bara yang sebelumnya melesat pada awal pekan lalu, berbalik merosot tiga hari menjelang akhir pekan lalu.

Petinggi China dilaporkan sudah mengajukan proposal kajian tersebut dan akan segera diputuskan. Kajian dilakukan karena ketegangan hubungan kedua negara mulai mereda serta keperluan menambah pasokan batu bara.

China merupakan salah satu pasar terbesar batu bara bagi Australia. Pada Januari-Agustus 2020 atau sebelum pengumuman larangan impor, Australia mengirim batu bara sebanyak 31,6 juta ton metalurgi dan 38,6 juta ton batu bara thermal.

Australia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk batu bara metalurgi dan nomor kedua terbesar untuk batu bara thermal.

Dalam dua pekan terakhir ekspor Australia terganggu oleh terjangan banjir. Namun, gangguan tersebut sudah mulai teratasi setelah jalur kereta di negara bagian New South Wales beroperasi kembali kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular