
Top Gainers & Losers, Ada Milik Boy Thohir dan 'Mantan' LKH

Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Beberapa saham emiten batu bara masuk ke jajaran top losers pada perdagangan akhir pekan lalu. Adapun emiten batu bara tersebut yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).
Saham ADMR ditutup ambles 6,93% ke posisi harga Rp 1.545/saham. Dengan ini, maka saham ADMR menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) akhir pekan lalu.
Nilai transaksi saham ADMR pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 195,85 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 124,43 juta lembar saham. Investor asing melepas saham ADMR sebesar Rp 33,03 miliar di pasar reguler.
Dalam sepekan terakhir, saham ADMR terpantau ambruk 12,22%, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham ADMR ambles 14,88%.
Selain saham ADMR, adapula saham HRUM, di mana harga sahamnya ambrol 6,73% ke posisi Rp 1.385/saham dan menyentuh batas ARB-nya pada perdagangan akhir pekan lalu.
Nilai transaksi saham HRUM pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 120,55 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 85,9 juta lembar saham. Asing juga melepas saham HRUM sebesar Rp 12,31 miliar di seluruh pasar.
Dalam sepekan terakhir, saham HRUM terpantau ambrol 7,67%, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham HRUM anjlok 19,94%.
Amblesnya saham ADMR dan HRUM dipicu oleh melemahnya harga batu bara. Pada perdagangan Jumat (15/7/2022), harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 380,5 per ton, ambles 7,36% dibandingkan hari sebelumnya.
Memang pada pekan lalu, harga batu bara juga cenderung lesu. Sepanjang pekan lalu, harga batu bara terpantau ambruk 8,42% secara point-to-point (ptp). Pergerakan batu bara pekan lalu berbalik dari pekan sebelumnya yang melonjak 10,8% ptp.
Pelemahan harga batu bara disebabkan oleh masih melemahnya permintaan dari China serta beroperasinya kembali jalur kereta di New South Wales, Australia setelah sempat ditutup karena terjangan banjir.
Impor batu bara China mencapai 18,98 juta ton pada Juni tahun ini, anjlok 33% (yoy) dan 4,5% secara bulanan (month-to-month/mtm). Impor batu bara China pada Januari-Juni atau semester I 2022 mencapai 115 juta ton atau merosot 17,5%.
Di lain sisi, Pemerintah China yang sedang mengkaji akan mengimpor kembali batu bara dari Australia membuat harga batu bara yang sebelumnya melesat pada awal pekan lalu, berbalik merosot tiga hari menjelang akhir pekan lalu.
Petinggi China dilaporkan sudah mengajukan proposal kajian tersebut dan akan segera diputuskan. Kajian dilakukan karena ketegangan hubungan kedua negara mulai mereda serta keperluan menambah pasokan batu bara.
China merupakan salah satu pasar terbesar batu bara bagi Australia. Pada Januari-Agustus 2020 atau sebelum pengumuman larangan impor, Australia mengirim batu bara sebanyak 31,6 juta ton metalurgi dan 38,6 juta ton batu bara thermal.
Australia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk batu bara metalurgi dan nomor kedua terbesar untuk batu bara thermal.
Dalam dua pekan terakhir ekspor Australia terganggu oleh terjangan banjir. Namun, gangguan tersebut sudah mulai teratasi setelah jalur kereta di negara bagian New South Wales beroperasi kembali kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)[Gambas:Video CNBC]