
Wow! Emiten 'Crazy Rich' Medan Bakal Bagi Dividen Rp109 M

Tahun 2020 hingga 2021 lalu kondisi usaha di seluruh dunia belum normal akibat kasus Covid-19. Namun di tengah ketidakpastian itu, perseroan mampu membukukan kenaikan kinerja yang signifikan seiring dengan naiknya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai produk utama perseroan di pasar dunia.
Kemudian, Tahun 2021, perseroan berhasil menjual 574.539 ton produk, meliputi minyak sawit, minyak inti sawit, Tandan Buah Segar (TBS), inti sawit, bungkil sawit dan ampas sawit. Namun jumlah volume penjualan itu turun tipis 4,73% dari tahun 2020 sebesar 603.051 ton.
Pencapaian kinerja perseroan sangat diuntungkan dengan harga CPO di pasar internasional yang pernah mencatat level tertinggi dalam sejarah Indonesia yaitu US$1.435/ton di CIF Rottterdam dan MYR 5.400/ton di Malaysian Derivatives Exchange (MDEX).
Prospek sawit sangat menjanjikan, apalagi produk CPO dan turunannya masih menjadi komoditas unggulan penyumbang devisa Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bahkan mengungkapkan nilai ekspor CPO menembus US$35 miliar di 2021, naik 52,8% dari US$22,9 miliar di 2020.
Sebab itu, perseroan akan fokus mengembangkan hilirisasi sehingga memberikan nilai tambah dari produk baru dan terjadi diversifikasi basis pelanggan.
Di bidang pemasaran, STAA akan meningkatkan kinerja bisnis hulu (upstream) dan ekspansi di bisnis hilir (downstream) melalui pembangunan refinery berkapasitas 2.000 MT CPO/hari, bersamaan dengan pembangunan fasilitas dermaga dan tangki timbun berkapasitas 35.000 MT akan selesai pada Oktober 2023.
Bisnis CPO berpotensi besar dapat menguntungkan produsen karena margin laba yang besar, permintaan internasional yang tinggi diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia sebesar 9,6 miliar pada tahun 2050, lalu tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding minyak nabati yang lain, dan gencarnya kampanye penggunaan biofuel secara global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)[Gambas:Video CNBC]