Wamen BUMN Pamer Transformasi BUMN di Depan G20
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia memiliki banyak tanggung jawab. Bukan hanya sekadar memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau, tapi juga diharapkan bisa memberikan dividen bagi negara.
Hal itulah yang diungkapkan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam keynote speech di G20/OECD Corporate Governance Forum di Bali, Kamis (14/7/2022). Tiko, nama sapaannya juga menjelaskan bagaimana dalam beberapa tahun ini, dirinya dan Menteri BUMN Erick Tohir berhasil melakukan transformasi.
"Kami berhasil memasuki era baru di BUMN dan mengakselerasi, termasuk lima transformasi, serta melakukan holding di dalam tubuh BUMN," jelas Tiko.
Tiko menjelaskan, kini BUMN hanya tersisa 41 perusahaan dari sebelumnya 108 perusahaan. Dari jumlah 41 perusahaan tersebut, lima diantaranya berkelas dunia, yakni Mandiri, BRI, BNI, Telkom, dan Pertamina.
"Kami juga menciptakan model bisnis baru di mana kita berada pada inisiatif yang agresif, beberapa di antaranya sudah selesai seperti merger BSI, merger Pelindo dan integrasi holding ultra mikro," ungkap Tiko.
Kementerian BUMN juga terus meningkatkan manajemen talenta agar kompetitif dalam kompetisi global. Hal ini termasuk dengan peningkatan jumlah generasi muda dan perempuan di jajaran direksi BUMN. Tiko menyebut jumlah direksi muda ditargetkan 10% dan perempuan mencapai 35% pada 2023.
Tiko mengatakan inti dari reformasi BUMN tertera dalam lima pilar utama yang meliputi mendongkrak kontribusi terhadap nilai ekonomi dan sosial, mengusung inovasi model bisnis, meraih kepemimpinan teknologi, mendorong peningkatan investasi, serta menerapkan pengembangan talenta yang merupakan upaya konkret perseroan dalam pembangunan bangsa secara berkelanjutan.
"Tahun ini menjadi tahun pertama kami sebagai BUMN melakukan laporan keuangan dan makin transparan dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas PP Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara," ungkap Tiko.
Selain itu, Tiko juga menyebutkan dua perusahaan yang mengalami masalah karena kesalahan manajemen dan GCG, yang terjadi pada Waskita Karya dan Jiwasraya.
Ke depan, Tiko berharap BUMN bisa memiliki mitigasi terhadap berbagai masalah yang bisa muncul, apalagi tahun ini juga selain konsolidasi keuangan, juga dilakukan konsolidasi tantangan BUMN.
(RCI/dhf)