
Tingkat Pengangguran Terendah 50 Tahun, Dolar Australia Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Kamis (14/7/2022) setelah data menunjukkan tingkat pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun terakhir.
Pada pukul 12:11 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.145/AU$, menguat 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitv.
Biro Statistik Australia pagi ini melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% pada Juni, dari bulan sebelumnya 3,9%. Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak Agustus 1974.
Selain itu, sepanjang bulan lalu perekonomian Australia tercatat mampu menyerap 88.000 tenaga kerja.
Meski pasar tenaga kerja sangat kuat, tetapi dolar Australia belum mampu melaju kencang. Sebab, Negeri Kanguru diperkirakan akan mengalami resesi akibat tingginya inflasi, serta kebijakan bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang agresif menaikkan suku bunga.
"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Rob Subbraman, kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).
Subbraman memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.
"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.
Diana Mousina, ekonom senior di AMP Australia juga menyebut kenaikan suku bunga akan berdampak pada harga perumahan, belanja konsumen dan investasi perumahan yang bisa menekan tingkat keyakinan konsumen.
Analis dari Nomura juga memasukkan Australia sebagai negara yang berisiko mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan. Resesi akan semakin pasar jika kenaikan suku bunga sampai memicu runtuhnya pasar properti.
Commonwealth Bank of Australia memperkirakan di akhir tahun ini dolar Australia akan melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke US$ 0,65. Dari level saat ini, US$ 0,67, pelemahannya akan sekitar 3% lagi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank, yang melihat isu resesi akan membuat dolar Australia terpuruk.
"Sebagai mata uang pro-growth, dolar Australia menjadi rentan akibat kekhawatiran akan reses," kata Catril, sebagaimana dilansir Bloomberg, Minggu (10/7/2022).
Ketika dolar Australia melemah melawan dolar AS, maka terhadap rupiah juga berpeluang turun, tidak menutup kemungkinan ke bawah Rp 10.000/AU$
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ambrol! Dolar Australia di Level Termurah 1 Bulan
