Kurs Euro Tembus ke Bawah Rp 15.000, Waktunya Borong?
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level paritas, atau 1 euro setara dengan US$ 1 Selasa kemarin. Ini kali pertama euro menyentuh level tersebut nyaris 20 tahun terakhir.
Melawan rupiah, nasib euro juga sama. Kemarin nilainya sempat merosot ke bawah Rp 15.000/EUR. Kali terakhir mata uang 19 negara tersebut berada di bawah Rp 15.000/EUR pada Februari 2020 lalu. Pada perdagangan Rabu (13/7/2022), euro masih diperdagangkan di dekat Rp 15.000/EUR, sepanjang tahun ini pelemahannya lebih dari 7% melawan rupiah.
Euro di kisaran Rp 15.000 /EUR tentunya terlihat murah tetapi sebenarnya masih bisa lebih rendah lagi.
Jika dilihat 12 tahun terakhir misalnya, euro sempat menyentuh kisaran Rp 11.000/EUR pada Juni 2010 lalu.
Artinya, masih ada risiko euro akan merosot lebih dalam lagi. Apalagi pemicunya adalah isu resesi yang bisa menghantam Eropa. Saat itu terjadi, dolar AS akan menjadi primadona. Rupiah juga akan cukup kuat sebab masih jauh dari resesi, fundamental dalam negeri masih bagus akibat tingginya harga komoditas.
Apalagi, dengan kondisi perang Rusia - Ukraina dan berbagai sanksi yang diterapkan Amerika Serikat dan Eropa ke Rusia, perekonomian Benua Biru dipenuhi ketidakpastian. Sebabnya, Eropa sangat tergantung dengan pasokan energi dari Rusia, meski belakangan mulai dikurangi.
Kejadian terbaru, aliran gas Rusia ke Eropa mulai dihentikan sejak Senin (11/7/2022) karena pemeliharaan yang akan berlangsung pada 11 hingga 21 Juli.
Operator Nord Stream AG mengkonfirmasi penutupan dimulai sesuai rencana pada 06.00 waktu setempat. Aliran gas akan turun ke nol beberapa jam kemudian.
Pemeliharaan ini telah membuat beberapa negara Eropa berteriak. Beberapa menilai Rusia sengaja melakukan "balas dendam" karena sanksi yang dijatuhkan Eropa seiring tindakan Kremlin menyerang Ukraina sejak Februari.
Jika krisis energi terus berlanjut yang terus membuat inflasi tinggi, maka resesi panjang bisa melanda Eropa, yang tentunya berdampak buruk bagi kurs euro.
Meski demikian, hasil survei terbaru dari Reuters yang dirilis pekan lalu menunjukkan kurs euro diperkirakan akan menguat ke kisaran US$ 1,1 pada pertengahan tahun depan, atau sekitar 10% dari level paritas saat ini.
Jika prediksi tersebut jitu, artinya euro juga berpeluang berbalik menguat melawan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)