
Rupiah Makin Tergilas, Utang Indonesia Bakal Meroket Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Selasa (12/7/2022). Dolar AS memang sedang perkasa di pasar spot, ditopang oleh kekhawatiran akan resesi global.
Melansir Refinitiv, begitu perdagangan dibuka kemarin rupiah terkoreksi tipis 0,07% ke Rp 14.980/US$. Sayangnya, rupiah melanjutkan koreksinya lebih dalam 0,15% ke Rp 14.992/US$ pada pukul 11:00 WIB.
"Dolar benar-benar menguat secara keseluruhan, mencerminkan kelanjutan dari tren yang telah kita lihat baru-baru ini, yaitu ketakutan resesi global," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia dikutip dari Reuters.
Dia juga menambahkan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) hanya akan fokus untuk meredam inflasi, meskipun kekhawatiran resesi meningkat.
Semua perhatian akan berfokus pada rilis data inflasi per Juni di AS berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang akan menjadi tolok ukur The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya antara 50 hingga 75 basis poin (bps) pada pertemuan selanjutnya di 26-27 Juli.
Rupiah yang tergilas tentu amat disayangkan. Padahal sebelumnya, Bank Indonesia melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mengalami tren penurunan hingga April 2022. Saat ini, nilai utang Indonesia menurun di angka US$ 409,5 miliar pada April 2022. Dengan asumsi US$ 1 setara Rp 14.729, nilai ULN itu adalah Rp 6.031,52 triliun.
Angka itu turun dibandingkan dengan ULN bulan sebelumnya yang US$ 412,1 miliar (Rp 6.069,82 triliun). Secara tahunan, posisi ULN April 2022 terkontraksi 2,2% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 1% (yoy).
"Posisi ULN Pemerintah pada April 2022 tercatat sebesar 190,5 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar 196,2 miliar dolar AS," tulis Bank Indonesia (BI) dalam laporannya, yang dikutip Minggu (3/7/2022).
Pemerintah yang membayar utang senilai US$ 1,9 miliar menjadi salah satu penyebab penurunan ULN. Dari total pembayaran tersebut, pokok utang tercatat sebesar US$ 1,576 miliar dan bunga sebesar US$ 374 juta.
Pembayaran Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo mendominasi pembayaran utang tersebut. Berdasarkan data dari BI, nilai SBN jatuh tempo pada April sebesar US$ 1,32 miliar, dengan pokok sebesar US$ 1,025 miliar dan bunga sebesar US$ 295 juta.
"Penurunan ULN Pemerintah terjadi akibat beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan April 2022 dan adanya pergeseran penempatan dana oleh investor nonresiden sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global," sebut BI.
Pergeseran penempatan dana oleh investor nonresiden atau investor asing terlihat dari kepemilikan asing di pasar SBN yang menurun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, pada akhir April kepemilikan investor asing di pasar SBN tercatat sebesar Rp 827,85 triliun, turun sekitar Rp 20,4 triliun atau sekitar US$ 1,4 miliar.
Porsi investor asing di pasar SBN pun semakin menurun. Pada akhir April, porsinya sebesar 17,03% dan data terbaru menunjukkan kini porsinya turun lagi 16,76% per 14 Juni.
Turunnya porsi asing di pasar SBN tidak lepas dari meroketnya yield obligasi pemerintah Amerika Serikat. Selisih yield yang semakin menyempit membuat investor asing melepas SBN dan kembali ke Negeri Paman Sam.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Bayar Utang RI Sampai Menyusut, Uangnya Dari Mana Ya?