Bursa Asia Ditutup Drop, IHSG Turun Tipis, Tapi STI Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 12/07/2022 17:41 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di melemah pada perdagangan Selasa (12/7/2022), karena sentimen pasar yang cenderung negatif berlanjut sehingga investor masih melepas saham hari ini.

Indeks Nikkei Jepang memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ditutup ambruk 1,77% ke posisi 26.336,66. Beberapa saham teknologi Jepang menjadi pemberatnya seperti saham Softbank Group yang ambles 4,28% dan saham Fanuc ambrol 4,54%.

Sedangkan saham Hang Seng Hong Kong menjadi yang terparah kedua setelah Nikkei, di mana Hang Seng ambles 1,32% ke 20.844,74. Saham Alibaba masih menjadi pemberat Hang Seng pada hari ini, yakni ambruk sekitar 5%.


Selanjutnya indeks Shanghai Composite China juga merosot nyaris 1%, atau tepatnya 0,97% ke 3.281,47.

Kondisi pandemi virus corona (Covid-19) di China menjadi pemberat utama Shanghai dan juga turut memperberat Hang Seng hari ini.

Sebelumnya pada Minggu hingga Senin kemarin waktu setempat, Subvarian baru Covid-19 BA.5 dilaporkan sudah ditemukan di Shanghai.

Selain Shanghai, Macau sebagai pusat perjudian di kawasan Asia juga memilih untuk tutup seiring dengan peningkatan kasus Covid-19.

Pandemi Covid-19 memang berasal dari China dan kini kembali merebak di China. Terkait Covid-19, pemerintah China punya langkah tegas dalam menangani wabah lewat kebijakan nol-Covid.

Kebijakan tersebut biasanya dibarengi dengan karantina wilayah (lockdown). Selama lebih dari 2 tahun pandemi berlangsung, adanya lockdown telah memberikan pukulan ganda bagi perekonomian China, baik dari sisi supply dan demand.

Selain Nikkei, Hang Seng, dan Shanghai yang ambles, beberapa bursa Asia-Pasifik lainnya juga terpantau terkoreksi. Indeks KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,96% ke 2.317,76 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir turun tipis 0,06% menjadi 6.718,29.

Hanya indeks ASX 200 Australia dan Straits Times Singapura (STI) yang ditutup di zona hijau hari ini. Indeks ASX 200 ditutup naik tipis 0,06% ke 6.606,3, sedangkan STI berakhir menguat 0,46% ke posisi 3.145,77.

Di Amerika Serikat (AS), sinyal resesi kembali muncul. Pembalikan kurva imbal hasil atau inverted yield curve kembali terjadi pekan ini. Secara historis, pembalikan kurva imbal hasil menjadi leading indicator bahwa ekonomi AS akan segera memasuki resesi.

Kemungkinan resesi di AS disebabkan karena laju inflasi yang sangat tinggi dan juga pengetatan kebijakan moneter yang agresif. Likuiditas yang terserap di sistem keuangan membuat investor mencemaskan bahwa output perekonomian Negeri Paman Sam akan mengalami kontraksi.

Kondisi global yang masih belum membaik seperti pandemi Covid-19 di China yang kembali memburuk, inflasi AS yang berpotensi meninggi kembali, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih akan agresif menaikan suku bunga, dan potensi resesi di AS membuat pelaku pasar masih belum ingin menahan kepemilikannya di saham maupun aset berisiko lainnya.

Sehingga hal ini menjadi alasan mengapa pasar saham global masih cenderung volatil dan mengarah ke tren penurunan hingga hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor