Rupiah Melemah, Dekati Lagi Level Rp 15.000/US$!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 12/07/2022 09:12 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/7/2022), mendekati lagi level psikologis Rp 15.000/US$. Indeks dolar AS yang naik tajam, dan beberapa wilayah China yang akan kembali menerapkan lockdown membuat rupiah tertekan. 

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.980/US$, dan bertahan di level tersebut hingga pukul 9:03 WIB.

Sebelum perdagangan dibuka, rupiah sudah terindikasi akan melemah. Hal ini terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.


Periode

Kurs Senin (11/7) pukul 15:17 WIB

Kurs Selasa (12/7) pukul 8:58 WIB

1 Pekan

Rp14.958,3

Rp14.993,5

1 Bulan

Rp14.985,3

Rp15.024,6

2 Bulan

Rp14.994,1

Rp15.034,8

3 Bulan

Rp15.016,1

Rp15.061,2

6 Bulan

Rp15.074,0

Rp15.111,9

9 Bulan

Rp15.140,5

Rp15.168,7

1 Tahun

Rp15.197,0

Rp15.244,7

2 Tahun

Rp15.595,8

Rp15.609,5

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Dolar AS saat ini semakin perkasa. Awal pekan kemarin indeks dolar AS melesat nyaris 1% ke level 108 untuk pertama kalinya sejak 28 Oktober 2022.

Penguatan tersebut ditopang data yang dirilis dari Amerika Serikat Jumat pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih kuat meski bank sentral AS (The Fed) agresif menaikkan suku bunga.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Juni perekonomian mampu menyerap 372.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), jauh lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 250.000 tenaga kerja.

Sementara itu tingkat pengangguran tetap 3,6%, dan rata-rata upah per jam naik 5,2% year-on-year (yoy), juga lebih tinggi dari estimasi Dow Jones 5% (yoy).

Dengan kuatnya pasar tenaga kerja, The Fed diperkirakan akan kembali mengerek suku bunga 75 basis poin di bulan ini.

"Kenaikan rata-rata upah memberikan arti The Fed akan semakin agresif dalam beberapa bulan ke depan," kata Andrew Hunter, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (8/7/2022).

Selain itu, sentimen pelaku pasar yang memburuk membuat dolar AS semakin menjadi primadona. Beberapa kota di China melakukan pembatasan karena lonjakan kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) Pembatasan dari penghentian bisnis hingga lockdown dengan tujuan untuk mengendalikan infeksi baru.

Ditambah dengan pusat komersial Shanghai bersiap untuk melakukan pengujian massal lainnya setelah mendeteksi subvarian BA.5 Omicron.

China yang kembali melakukan lockdown membuat outlook perekonomian negara tersebut masih suram, pelambatan ekonomi bisa kembali terjadi dan berdampak ke negara lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS