
China di Ambang Lockdown (Lagi), Harga Tembaga Anjlok 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan hari ini karena prospek ekonomi China yang buram membuat pasar khawatir akan permintaan logam.
Pada Senin (11/7/2022) pukul 16:00 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.697/ton, anjlok 1% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Tembaga, yang digunakan dalam pembangkit listrik dan konstruksi dan sering dilihat sebagai ukuran kesehatan ekonomi global, mencapai level terendah sejak November 2020 pekan lalu.
"Penurunan dapat dikaitkan dengan kekhawatiran pembatasan baru di Shanghai dan Makau yang dapat menghambat pertumbuhan. Kami terjebak dalam umpan balik negatif dari kenaikan suku bunga Fed dan risiko Covid di China," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
"Risiko pasar telah bergeser secara tegas dari inflasi ke pertumbuhan karena data ekonomi 'keras' telah sangat melambat. Beberapa investor juga mengambil untung menjelang data utama akhir pekan ini."
Beberapa kota di China melakukan pembatasan karena lonjakan kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) Pembatasan dari penghentian bisnis hingga lockdown dengan tujuan untuk mengendalikan infeksi baru. Ditambah dengan pusat komersial Shanghai bersiap untuk melakukan pengujian massal lainnya setelah mendeteksi su-bvarian BA.5 Omicron.
Para pelaku pasar juga sedang menunggu data dari China yang dirilis pada Jumat yang dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang permintaan logam dan kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia.
China adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%