China di Ambang Lockdown (Lagi), Harga Tembaga Anjlok 1%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
11 July 2022 16:37
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan hari ini karena prospek ekonomi China yang buram membuat pasar khawatir akan permintaan logam.

Pada Senin (11/7/2022) pukul 16:00 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.697/ton, anjlok 1% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Tembaga, yang digunakan dalam pembangkit listrik dan konstruksi dan sering dilihat sebagai ukuran kesehatan ekonomi global, mencapai level terendah sejak November 2020 pekan lalu.

"Penurunan dapat dikaitkan dengan kekhawatiran pembatasan baru di Shanghai dan Makau yang dapat menghambat pertumbuhan. Kami terjebak dalam umpan balik negatif dari kenaikan suku bunga Fed dan risiko Covid di China," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.

"Risiko pasar telah bergeser secara tegas dari inflasi ke pertumbuhan karena data ekonomi 'keras' telah sangat melambat. Beberapa investor juga mengambil untung menjelang data utama akhir pekan ini."

Beberapa kota di China melakukan pembatasan karena lonjakan kasus virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) Pembatasan dari penghentian bisnis hingga lockdown dengan tujuan untuk mengendalikan infeksi baru. Ditambah dengan pusat komersial Shanghai bersiap untuk melakukan pengujian massal lainnya setelah mendeteksi su-bvarian BA.5 Omicron.

Para pelaku pasar juga sedang menunggu data dari China yang dirilis pada Jumat yang dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang permintaan logam dan kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

China adalah konsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular